Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jeda Minum Kopi

7 Februari 2022   13:21 Diperbarui: 7 Februari 2022   13:39 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Leanne meletakkan demitasse sedikit terlalu keras, menjatuhkan busa di atas meja. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk membuat uap, dan sekarang espresso menjadi dingin.

Bos-bos sialan. Mengendalikan dirinya, memang. Kekuatan sama dengan tanggung jawab, dan lain-lain. Ad nauseam. Namun, mungkin mereka ada benarnya. Itu yang paling membuatnya kesal.

Dia berkonsentrasi pada kopi selama beberapa detik, memantulkan molekul-molekul sampai mengepul lagi. Tidak ada gunanya mengganggu barista untuk membuat yang baru.

Puas, Leanne duduk dan menyesap, memperhatikan orang-orang di kafe menjalani kehidupan kecil mereka. Bukan berarti kehidupan mereka tak bermakna, tentunya. Tidak dengan standar apapun.

Dunia adalah mesin yang kompleks, dan setiap komponen memiliki fungsinya masing-masing. Termasuk Leanne, bahkan jika dia belum memutuskan fungsinya apa. Begitu banyak batasan yang belum teruji.

Sepertinya tidak banyak yang harus dilakukan di sini. Di satu meja, sekelompok eksekutif junior sedang bersolek dan saling mencetak poin sambil berpura-pura sedang rapat anggaran. Menjengkelkan, tapi tidak ada yang istimewa. Di dekat konter, dua mama muda berusaha meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka masih memiliki kehidupan sosial sambil meributkan bayi mereka dan memeriksa ponsel mereka setiap dua menit, tidak ada yang benar-benar memperhatikan satu sama lain.

Tapi menjadi ibu itu sulit, pikir Leanne. Seseorang tidak boleh menilai orang lain terlalu keras.

Di meja terdekat, setengah lusin remaja berbicara dengan keras, melambai-lambaikan rokok yang tidak menyala untuk menjelaskan kepada semua orang bahwa mereka merokok, meskipun mereka tidak cukup bandel untuk menyalakan rokok di dalam ruangan. Ego diri mereka yang masih remaja sedikit memengaruhi Leanne. Tapi mereka masih sangat muda! Mungkin hanya perlu sedikit dorongan...

Dia mempelajari ujung rokok remaja yang kelihatan paling keras kepala, membayangkan mikrokosmos atom yang terdiri dari tembakau yang berputar dan memantul lebih cepat dan lebih cepat, terlalu cepat sampai akhirnya benar-benar tersulut. Leanne menyeringai saat benda itu menyala dan bocah itu melemparkannya ke dalam milkshakenya sambil berteriak. Teman-temannya tertawa, tidak terlalu mengerti apa yang telah terjadi.

Mudah untuk menggerakkan dunia dalam ukuran kecil, dan godaan ada di mana-mana. Leanne sering menemukan dirinya mengutak-atik mesin. Melumasi agar bekerja. Mendorong batas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun