Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Ada Lagi Patung

2 Februari 2022   10:08 Diperbarui: 2 Februari 2022   10:11 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimulai dari Utara. Patung-patung yang didirikan sejak lama untuk menghormati orang-orang yang pernah dianggap berjasa dikepung, diikat dan ditarik jatuh karena ternyata orang-orang ini berjuang untuk tujuan yang tidak benar dan untuk menghormati mereka berarti menyetujui ketidakadilan.

Satu demi satu, patung-patung digulingkan oleh massa atau disingkirkan oleh pihak berwenang. Ada beberapa perlawanan. Tetapi tindakan dan kepercayaan dari orang-orang berpatung ini sekarang sangat menjijikkan sehingga siapa pun yang menghalangi jalan akan diteriaki dan dipersekusi.

Segera patung-patung manusia yang sekarang terlihat di sisi sejarah yang salah semuanya hilang. Tapi kemudian patung-patung lain ikut dirusak atau dihancurkan. Patung-patung laki-laki yang dulunya dianggap menginspirasi tetapi kesalahannya sekarang lebih dipahami. Orang-orang ini adalah orang berdosa, dan membiarkan patung mereka berdiri sekarang dianggap tidak bermoral.

Bahkan patung-patung manusia yang pernah dianggap pahlawan disingkirkan karena mereka memiliki pendapat atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan pemikiran dan sentimen kontemporer. Tidak ada orang yang begitu cacat berada di atas fondasi.

Akhirnya, tentu saja, setiap patung di negeri itu diruntuhkan karena semua manusia tidak sempurna dan tidak ada yang lulus uji, bahkan orang-orang kudus pun tidak.

Sementara itu, ketidakadilan terus berlanjut, karena hanya lanskap yang berubah.


Bandung, 2 Februari 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun