Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Alibi yang Sempurna

30 Januari 2022   18:06 Diperbarui: 30 Januari 2022   18:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karena itu, yang perlu dilakukan Syauki hanyalah melompat ke 16:20, menghancurkan tengkorak Mahiwal saat dia tidur, melemparkannya dari balkon, mengunci gerendel dari dalam, kembali ke masa lalu, dan memastikan dia memiliki banyak mata yang disaksikan di 16:20. Polisi harus menyimpulkan Mahiwal bunuh diri.

"Hai, Syauki. Ada apa?"

Syauki berbalik dan melihat Mahiwal Linukh menodongkan pistol ke arahnya.

"Apa yang---dari mana kau datang? Aku pikir kau sedang mempresentasikan makalahmu."

"Memang. Lagi pula, aku juga butuh saksi alibi, kalau-kalau polisi ragu bahwa kamu melompat dari balkonku atas kemauanmu sendiri."

"Aku tidak melompat ke mana pun, dan kau tidak bisa mengambil risiko menembakku. Tidak ada yang menembak diri mereka sendiri, lalu melompat dari balkon. Jangan bodoh, Mahiwal."

"Oh, kami tidak perlu menembakmu, Syauki."

"Kami?"

Syauki berbalik tepat untuk melihat Mahiwal Linukh kedua terwujud. Mahiwal yang ini mengayunkan tongkat golf logam dan itu adalah hal terakhir yang dilihat Syauki.

Kedua Mahiwal mengangkat Syauki ke atas pagar dan melemparkannya, lalu menyebarkan catatan penelitian mereka ke atas kasur, lalu mengunci gerendel.

"Bajingan yang malang. Dia membaca catatanku dan mengetahui bahwa aku maju empat bulan di depan dia. Aku rasa dia tidak bisa mengatasinya, dan memilih bunuh diri daripada menanggung penghinaan. Baiklah. Saatnya untuk kembali. Jangan lupa tongkat golf-mu, Tuan Mahiwal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun