Hanya ada satu ritual sihir: ritual kepemilikan.
Apakah ibuku yang mengajari ini? Apakah itu muncul dari rasa tidak aman dan kebutuhan?Â
Aku baru menyadarinya bahwa aku memilikinya saat berumur empat tahun. Aku mulai dari yang kecil, dengan kucing tetangga.
Hewan itu mengerjap ke arahku saat aku tersandung di antara rerumputan yang diselimuti embun. Sekali putaran, dua kali, tiga kali berlawanan arah jarum jam dan kucing itu milikku. Dia mengikutiku pulang. Tetangga itu tidak berkata apa-apa. Kucing itu tiba-tiba saja menjadi milik kami.
Milikku.
Tapi aku ingin lebih. Pada ulang tahunku yang kedelapan belas sebelum memutuskan untuk mengambil Sastra Inggris di University of Kent, Canterbury, Inggris, aku berjalan mengelilingi pulau Jawa melalui pantura dan jalur pantai selatan berlawanan arah jarum jam untuk ketiga kalinya. Mencapai Stasiun Bandung dalam gerimis, kaki melepuh, dengan seringai lebar yang tidak bisa kusembunyikan.
Pulau Jawa menjadi milikku: gunungnya, hujannya, desa dan kotanya, orang-orangnya, bangunan, dan seni.
Milikku.
Yang pertama aku lakukan adalah menaikkan pajak crazy rich. Kemudian aku menyatakan kemerdekaan adalah hak dan kewajiban bagi seluruh manusia yang berada di Pulau Jawa. Hasilnya lebih baik dari yang kubayangkan, korupsi hilang.
Setamat kuliah, aku merencanakan mengelilingi Bumi saat liburan musim dingin. Mengumpulkan uang untuk perjalanan, memiliki Pulau Jawa itu gampang. Namun aku harus melintasi setiap kilometer dengan keinginan yang kuat dalam satu jalur yang tak terputus.