Aku mengetuk pintu tak sabar. Lelaki yang membukakan pintu tampangnya dan tampak murung. Matanya memeriksa sekeliling dengan gugup saat dia membuka pintu depannya dan bertanya, "Kamu orangnya?"
"Ya," aku menjawab setuju, mengangkat tas kerjaku. "Saya punya kontraknya, di sini."
"Bagus." Lelaki itu membuka pintu cukup lebar agar aku bisa menyelinap masuk. "Mari kita tanda tangani saja. Penilai pajak akan tiba di sini satu jam lagi."
"Anda suka menjadwalkan sesuatu menjelang detik-detik terakhir, ya?" tanyaku sambil membuntutinya ke dapur.
Sebetulnya buatku hal biasa. Permintaan paling banyak untuk layananku selalu menjelang batas akhir pembayaran pajak.
"Cukup waktu untuk memanggil hantu, bukan?"
Aku meletakkan tas kerjaku di atas meja tua reyotnya, membuka kaitnya, dan mengeluarkan setumpuk kertas.
"Seperti yang saya jelaskan melalui telepon, semakin jauh saya harus mencari hantu yang bersedia menghantui rumah Anda, semakin lama waktu yang dibutuhkan."
"Tapi kuburan hanya tiga ratus meter dari sini!"
"Kuburan yang dikelilingi oleh beberapa lahan properti bergengsi di kota ini."