Setidaknya beberapa jam sehari. Mungkin tiga, atau kita turunkan sedikit. Anggap saja dua setengah jam. Waduh! 912,5 jam lagi.
Apa? Hanya ada sisa 2380 jam!
Dia menyeka keringat dari dahinya saat melihat angka itu. Pikirannya berpacu memikirkan semua jam yang telah dia sia-siakan untuk kegiatan lain yang tidak berarti.
Nongkrong dengan teman-temannya di kedai kopi akhir pekan? Dalam setahun mungkin 150 jam di sana. Duduk menunggu cucian di laundry kiloan selama beberapa jam setiap minggu, 100 jam. Ke minimarket dan warung tetangga. Anggap saja 50 jam. Nonton film ke bioskop seminggu sekali? 125 jam....
Jari-jarinya dengan lincah menari di atas tombol kalkulator muncul di kepalanya hal-hal yang telah dia sisa=siakan dalam hidupnya, membuang-buang waktunya yang berharga.
Bagaimana dia bisa begitu ceroboh, begitu lalai? Hanya 8760 jam dalam setahun, dan bagaimana cara dia menghabiskannya.
Akhirnya, dia berhenti. Dia tidak bisa memikirkan hal lain lagi, cukup yakin telah menghitung semuanya.
Lalu menatap angka pada kalkulator, jumlah jam dalam setahun yang tidak dia perhitungkan. 12. Dua belas jam.
Dua belas jam waktu yang sangat sedikit.
Dia melirik arlojinya. Hanya beberapa menit setelah tengah hari. Dia merosot kembali ke kursinya.
Jantungnya berdebar kencang dan dia merasa letih. Hanya 12 jam untuk melakukan sesuatu yang berarti. Sama sekali tak cukup. Dia seharusnya tidur sekarang dan menerima kenyataan bahwa dia telah menyia-nyiakan hidupnya sepanjang tahun.