Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Penyakit ini jadi penyebab sepertiga dari seluruh kematian yang ada di dunia pada tahun 2019. Jumlah kematiannya juga terus meningkat.Â
Pada 2020 saja hampir 10 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit jantung. Angka ini belum termasuk angka di 2021. WHO bahkan memprediksi pada 2030 mendatang orang yang meninggal akibat penyakit jantung bisa menyentuh angka 50 juta per tahunnya.
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui gejala ketika terkena penyakit jantung sehingga penanganan atau pengobatannya menjadi terlambat. Â Hal ini yang menyebabkan tingginya angka kematian dan biaya perawatan pada pasien-pasien dengan penyakit jantung.
Selain itu, jumlah dokter spesialis jantung dibandingkan masyarakat yang harus dilayani masih sangat kurang, menurut PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), saat ini jumlah dokter kardiovaskular hanya sebanyak 860 dokter. Jumlah dokter yang masih sabgat kecil dibandingkan jumlah penduduk dengan rasio 300 dokter untuk 100.000 penduduk dan terpusat di Jawa.Â
Pandemi juga membatasi dan menyulitkan masyarakat untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung karena khawatir risiko penularan ketika berkonsultasi secara tatap muka.
Hal-hal di atas menjadi pemikiran beberapa dokter spesialis jantung. Bagaimana caranya membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan jantung, mengetahui gejala-gejala serangan penyakit jantung dan memberi tindakan pertolongan pertama?Â
Berkonsultasi dengan spesialis yang kompeten dengan  cepat berdasarkan rekam medik pasien? Rekam medik adalah data sensitif yang tidak boleh diakses oleh sembarang orang, tapi dibutuhkan dokter agar dapat memberikan anjuran/diagnosa/tindakan yang tepat dalam upaya mengobati pasien.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka lahirlah aplikasi Jantungku yang hadir untuk memberikan solusi dari hulu ke hilir atas permasalahan kesehatan jantung.