Ini adalah ketiga kalinya Himawan membawakan kopi untuknya, dan untuk ketiga kalinya Krista menerimanya dengan senyuman.
Meski hanya kopi, tapi rasanya ada sesuatu yang spesial, dan dia menikmati perasaan itu. Romantisme kantor menyebabkan pemutusan hubungan di perusahaannya. Supervisor terbaik tahun lalu, Richard, menggoda Gina dari Bagian Akunting, mengatakan bahwa gadis cukup lezat untuk disantap, dan petugas keamanan mengantarkan Richard keluar dua puluh menit kemudian.
Para pria di kantor hampir tidak berani mengucapkan selamat pagi kepada para wanita, jadi Himawan membawakan kopi untuknya sedikit melanggar aturan dan ... cukup licik.
Semuanya bermula di hari Senin, ketika dia dan Krista sedang duduk di ruang istirahat membicarakan rasa kopi dari dapur kantor yang menjijikkan. Dia mengatakan kepada Krista bahwa dia akan mencium office boy jika dia membawakan kopi excelsa dengan gula aren asli dan krim segar. Janet mengatakan dia akan melakukan lebih dari sekadar menciumnya. Mereka tertawa dan pergi. Krista memperhatikan Himawan ada di ruang istirahat tetapi tidak terlalu memikirkannya sampai keesokan paginya.
Selasa, Himawan berjalan ke biliknya dengan gelas besar kopi excelsa, tiga bungkus krim, dan dua saset kecil gula aren.
"Aku rasa ini yang kamu mau," kata Himawan sambil tersenyum dan meletakkan bawaannya di atas meja Krista. "Kebetulan di gedung apartemenku ada kafe yang buka pagi-pagi, dan hadiah yang kamu janjikan untuk pekerjaan kecil seperti ini terlalu bagus untuk dilewatkan."
Krista sedang duduk di kursi dan Himawan berdiri di dekatnya, Seulas senyum licik menghias di wajahnya.
Krista mendongak sambil tersenyum mengingat apa yang dia tawarkan. Ciuman untuk secangkir excelsa. Himawan berada di dalam kubusnya pada sudut yang memungkinkan hanya Krista yang melihatnya, dan dia berbicara nyaris berbisik.
Krista menjawab dengan suara rendah. "Hadiah itu seingatku cuma berlaku buat office boy, bukan untuk semua peminat. Tetapi karena kamu pria sejati, aku yakin kopi ini masih untukku, kan?" Dia menarik gelas kopi ke arahnya dan melepaskan tutup plastiknya. "Kamu juga membawa gula aren. Kamu adalah lelaki yang baik hati, bukan?" Dia mendongak melihat Himawan yang tetap tersenyum.
"Aku tidak mudah menyerah, dan ya, sebagai pria sejati dan lelaki yang baik hati, silakan menikmati kopinya." Dia mengedipkan mata, berbalik, dan meninggalkan biliknya. Krista memasukkan gula dan krim mengaduknya, menyesap, dan tersenyum.
Dia menikmati kopi itu sepanjang pagi.
Pada hari Rabu, ketika dia baru sampai, kopi dan krim sudah menunggunya di mejanya. Sementara dia mencampur minuman dan tersenyum lebar, Janet masuk ke biliknya dengan kopi di tangan.
"Kris, percaya, nggak? Ternyata Himawan mendengar waktu kita bercanda di ruang istirahat pada hari Senin, dan dia membawakanku ini," kata Janet sambil mengangkat secangkir kopi, "dan dia mengajakku nonton film Jumat malam. Aku jawab aja, oke. Aku belum berkencan lagi sejak putus dengan Robert enam bulan lalu. Oh, kamu bawa kopi dari luar?"
Krista tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kopi di tangan Julia sebelum menjawab. Dia sedang menghitung kedekatannya dengan gadis itu: bertemu di ruang istirahat untuk minum kopi tujuh kali, pergi makan siang dua kali.
"Nggak, aku bukan bawa dari luar. Himawan membawakan aku kopi ini, kemarin juga," katanya dingin.
"Betulkah?" Senyum Julia meninggalkan wajahnya lebih cepat daripada waktu yang untuk menghitung hubungan mereka. "Apakah dia mengajakmu nonton film juga?" Julia bertanya dengan gusar. Dia berbalik bergegas meninggalkan bilik Krista.
Krista tidak membuang kopinya. Dia memaksa dirinya untuk menyesapnya sepanjang pagi itu.
Kamis, dia terkejut karena disambut dengan kopi dan Himawan di biliknya.
"Yang aku lakukan hanyalah membawakannya kopi karena dia merengek agar aku membawakannya juga untuk dia. Aku bawain kemarin, dan waktu aku tagih uangnya, dia bilang nanti hari Jumat dia bayar sekalian nonton film. Tapi, aku sama sekali nggak ada hubungannya dengan ini, "dia menganggukkan kepalanya ke arah penjaga keamanan yang mengantar Janet keluar dari gedung.
"Tadi pagi waktu aku masuk ke bilikku, dia duduk di mejaku dengan blazer terbuka tanpa blus atau bra. Aku berbalik dan pergi. Dia mulai berteriak, dan aku lari."
Krista memperhatikan penjaga keamanan dan Julia masuk ke dalam lift, lalu tatapannya berpindah ke Himawan. "Mulai besok tidak ada lagi kopi di tempat kerja. Hadiahnya aku kasih nanti pulang kerja sambil makan malam."
Himawan yang masih memandang lift menoleh ke arahnya sambil tersenyum.
"Mantap," katanya.
Bekasi Barat, 24 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H