Sang Pria:
Ada bau yang mengikutiku setiap kali aku pilek. Tapi aku tak bisa menjelaskan mengapa itu ada di sini sekarang, karena aku tidak sedang demam.
Mungkin karena aku gugup. Ya, pasti begitu. Aku pilek karena gugup di sekitar orang-orang. Yang memalukan adalah bersin yang menyusul terjadi, bersin bernada tinggi diikuti oleh dengusan keras yang mengganggu sejak aku kecil.
Aku sering ditertawakan gara-gara bersin itu. Bahkan sampai sekarang, aku masih mendapatkan seringai lebar dari orang-orang.
Pasti karena aku gugup.
Tapi kenapa aku mesti gugup? Bukankah ini yang kuinginkan?
Aku sedang di rumahnya. Acara selalu berlangsung di rumah mempelai wanita, bukan? Rumah bapak gadis itu.
Ada dua tenda yang disusun saling berhadapan. Satu untuk keluarganya, satu untuk keluargaku. Bukan resepsi besar-besaran, hanya untuk kedua keluarga yang ingin melepaskan tanggung jawab, menyingkirkan anak-anak mereka.
Tenda adalah ide yang buruk. Aku menyapu keringat di keningku berkali-kali dengan tisu. Panas di dalam, panas di luar, dan tak ada angin yang membagikan udara segar.
Keringatku mengucur deras.