Aku tahu aku adalah orang tua yang cerewet dan yang selalu kulakukan hanyalah mengeluh. Tapi kali ini kamu harus mendengarkanku.
Ada hantu di rumah ini.
Aku tahu kedengarannya gila, tetapi semakin hari semakin banyak saja hantu yang datang. Aku tak punya privasi sama sekali.
Hantu ada di setiap kamar, bahkan beberapa kamar ditempati oleh lebih dari satu hantu.
Mereka tidak membiarkan aku hidup tenang dalam damai.
Yang pertama adalah hantu anak yang dulu berkelahi denganku di kelas lima. Kira-kira ... tujuh puluh tahun yang lalu. Puluhan tahun aku tak memikirkannya, lalu tiba-tiba suatu hari dia duduk di ruang tamu bersamaku, hanya menatapku.
Kemudian muncul hantu gadis yang kukencani selama beberapa tahun saat kuliah. Bahkan aku tidak bisa mengingat namanya. Masih terlihat cantik seperti saat pertama kali aku mengajaknya kencan.
Lelaki tua gemuk yang bekerja di kedai kopi saat aku di sekolah menengah. Dan, tak ketinggalan, petugas dari kantor pajak yang ceking yang melakukan satu-satunya audit keuanganku, seingatku sekitar tahun delapan puluhan.
Hantu bibi Nani yang meninggal karena kanker payudara, teman begadangku Epos yang mengalami stroke setelah dua malam berturut kami tidak tidur, dan Kasman teman sekamar indekos di Yogya, yang bau asap rokok melekat padanya meski baru mandi keramas. Kurasa aku seharusnya senang dia tidak membawa baunya dari alam sana.
Mereka semua mulai muncul setelah Saskia tiada dan meninggalkanku sendirian di rumah tua besar yang tidak pernah kusukai tapi aku belikan untuknya.