Tristan hampir pingsan.
Mamanya menggeleng-gelengkan kepala. "Lihat, Sayang," dia menoleh padanya. "Hanya ada sepatumu yang kotor di sini. Ini lebih mengerikan dari monster." Dia mengerutkan kening, "debunya tebal sekali."
Tristan memanjat punggung mamanya dan terjun ke tempat tidur. Dia berbaring di bagian bawah tempat tidur, wajahnya ditutup bantal.
"Semuanya baik-baik saja sekarang, kan?" Mamanya masih duduk di lantai. Sikunya bersandar di tepi tempat tidur.
"Sebentar lagi, Ma," jawab Tristan mengakui dari balik bantal.
Bersiap untuk berdiri, hidung mamanya kembang kempis. Tercium bau samar yang tak sedap.
"Tris," katanya. "Kamu mencium bau, enggak?"
"Ya, Ma," jawab Tristan. "Maafkan Tristan."
"Maaf?" tanya Mamanya bingung. "Maaf untuk apa?"
"Tristan seharusnya tidak mengajak Mama ke sini," akunya, sambil duduk. Bau itu tercium lebih kuat sekarang, membuatnya mual. "Dia bilang, kalau ingin menangkap tikus, harus ada umpan keju."
"Apa yang kamu bicarakan? Siapa yang memberitahumu?" mamanya bertanya, melihat sekeliling ruangan dengan panik. Dari mana bau itu berasal?