Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Umpan

27 Mei 2021   19:19 Diperbarui: 27 Mei 2021   19:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tristan hampir pingsan.

Mamanya menggeleng-gelengkan kepala. "Lihat, Sayang," dia menoleh padanya. "Hanya ada sepatumu yang kotor di sini. Ini lebih mengerikan dari monster." Dia mengerutkan kening, "debunya tebal sekali."

Tristan memanjat punggung mamanya dan terjun ke tempat tidur. Dia berbaring di bagian bawah tempat tidur, wajahnya ditutup bantal.

"Semuanya baik-baik saja sekarang, kan?" Mamanya masih duduk di lantai. Sikunya bersandar di tepi tempat tidur.

"Sebentar lagi, Ma," jawab Tristan mengakui dari balik bantal.

Bersiap untuk berdiri, hidung mamanya kembang kempis. Tercium bau samar yang tak sedap.

"Tris," katanya. "Kamu mencium bau, enggak?"

"Ya, Ma," jawab Tristan. "Maafkan Tristan."

"Maaf?" tanya Mamanya bingung. "Maaf untuk apa?"

"Tristan seharusnya tidak mengajak Mama ke sini," akunya, sambil duduk. Bau itu tercium lebih kuat sekarang, membuatnya mual. "Dia bilang, kalau ingin menangkap tikus, harus ada umpan keju."

"Apa yang kamu bicarakan? Siapa yang memberitahumu?" mamanya bertanya, melihat sekeliling ruangan dengan panik. Dari mana bau itu berasal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun