Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Waktu yang Terbuang Sia-sia

1 Mei 2021   03:34 Diperbarui: 1 Mei 2021   10:50 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kristacoyle.com

Profesor Manan masuk ke lab departemen fisika yang terletak di bawah tanah Universitas Negeri Serpong dan menatap Mahiwal, penemu mesin waktu.

Bocah jenius itu sedang membungkuk di atas meja kerjanya, mengutak-atik ponsel. Suara samar David Byron menyanyikan menyanyikan "Traveller in Time" bocor dari headphone-nya. Selera musiknya aneh.

Manan menepuk bahu Mahiwal. Bocah itu tersentak kaget dan berbalik. Melihat Manan lalu tersenyum.

Dia menaruh headphone ke atas kotak pizza yang bernoda minyak. "Hei, Prof. Kupikir aku satu-satunya manusia yang bekerja Sabtu malam."

Mana mencengkeram pistol di saku jaketnya. Dia membenci Mahiwal, satu-satunya mahasiswa pascasarjana yang bergaya seperti profesor. Dia membenci karena kesombongan Mahiwal tidak salah tempat. Mahiwal lebih hebat dari profesor mana pun. Majalah People mengatakan dia mungkin lebih cemerlang dari Einstein. Manan tidak bisa membantah penilaian itu.

"Saya ingin memeriksa ulang data itu dari kemarin."

Alis Mahiwal terangkat.

"Itu tidak bisa menunggu?" Dia menunjuk tangan Manan. "Cuaca panas kok pakai sarung tangan, eh, Prof?"

"Tangan saya lecet," Manan berbohong, lalu mengubah topik pembicaraan. "Ada yang salah dengan ponsel Anda?"

Mahiwal menyeringai lebar. "Kita tidak perlu menggunakan akselerator partikel lagi. Dengan alat ini," dia menunjukkan ponselnya, "perjalanan waktu berada di genggaman tangan."

Gaya Mahiwal persis pramuniaga infomersial televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun