Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Awal Musim Kemarau

17 Juni 2020   21:16 Diperbarui: 18 Juni 2020   19:02 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
youtube.com/VNC Official

Usia Sam tujuh puluhan, sesuatu yang dikiranya takkan pernah terjadi pada dirinya. Dia semakin pelupa dan merasa khawatir karenanya. Masalah utamanya adalah untuk mengingat nama orang.

Hari ini, pemandangan dari jendela pada awal musim kemarau yang cerah mengingatkannya pada film dari masa mudanya.

Siapa nama aktris itu, ya? 

Dia mencoba mengingat-ingat berdasarkan urutan abjad, teknik yang dipelajarinya sewaktu masih bekerja sebagai pegawai perpustakaan daerah. Masalahnya, film yang dimaksud mungkin ditontonnya lebih dari empat puluh tahun silam. Tidak heran dia tak ingat judul maupun pemerannya.

Dari jendela tampak daun meranti berayun-ayun di dahan, layaknya berkejaran tanpa arah. Terkadang angin membawanya naik ke tempat yang lebih tinggi bahkan jauh di atas pepohonan, tak membuat Sam lupa bahwa dia sedang berusaha keras menggali ingatannya tentang nama seorang bintang film tahun tujuh puluhan. Daun-daun melambai gugur diam-diam, berserakan di beranda ruang tamu, menghampar di permukaan tanah merah kecokelatan.

***

Sam tak ingat bagaimana dia bisa jatuh pingsan. Saat membuka matanya, wajah seorang petugas paramedis menatapnya. Mereka berada dalam ambulans yang meraung-raung melaju membelah kepadatan lalu lintas. Anak muda itu memegang tangannya.

"Syukurlah Bapak baik-baik saja. Bapak tadi terjatuh di atas karpet tebal. Apakah Bapak bisa memberi tahu saya nama Bapak?"

Sam menatap pemuda itu dan merasakan  beban berat terangkat dari pundaknya.

"Widyawati!" teriaknya penuh kemenangan, mengalahkan suara sirene ambulans yang terus melaju bagai hembusan angin kencang membelah tumpukan daun kering yang berserakan.

Bandung, 17 Juni 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun