Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepucuk Surat dari Paris

10 Juni 2019   02:55 Diperbarui: 10 Juni 2019   03:19 1721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia mengirimiku surat.

Bukan surat ekektronik, bukan. Tapi kata-kata yang ditulis di permukaan kertas dan dikirim melalui jasa jaringan kantor pos internasional. Sungguh tak lazim di zaman internet sekarang ini.

Kertas suratnya bermotif bunga dan kupu-kupu di sekitar tepi dengan aroma samar bunga lavender. Aku tak tahu apakah memang kertas itu sudah harum dari pabriknya atau dia menyemprotkan parfum ke atasnya. Yang jelas, wanginya memberi pengaruh pada yang membaca.

Dia menulisnya dengan bolpoin biru, huruf bersambung rapi tak bercela. Tak ada kesalahan sekecil apapun. Aku yakin dia menghabiskan banyak waktu untuk menulisnya, terutama karena dia tidak menulis dalam bahasa ibunya. Dia pasti telah menghabiskan waktu berjam-jam dengan buku kamus dan bolpoin serta lembaran kertas surat yang wangi.

Aku membayangkan dia minum teh sambil menulis, secangkir kecil camomile di atas tatakan keramik, mungkin berwarna biru. Mungkin juga dengan motif bunga.

Sebagai pemanis dia memasukkan dua kubus gula batu. Sepiring biskuit kecil yang biasa didapatkan di kafe-kafe sepanjang tepian Seine.

Kami hanya bertemu satu kali, di kaki lima Malioboro saat santap malam dengan gudeg. Dia bercerita tentang konser Jean-Michael Jarre sambil menghembuskan asap dari rokok menthol kecil panjang yang disedotnya dalam-dalam.

Kemudian kami minum di bar. Aku minum bir lokal tanpa alkohol, dia anggur merah. Chardonnay, mungkin. Aku mencicipinya sedikit dari bibirnya.

"Apakah setelah ini kita akan tetap berhubungan?" tanyanya.

Suaranya serak dengan aksen Paris yang seksi.

"Aku akan menulis surat untukmu," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun