ransel di punggung, jempol teracung
berdiri di sisi jalan, aku merasa bagai Jack Kerouac
setiap debu yang pernah terbang ke lebih raya
lintasi perbatasan
pelabuhan perak,
dermaga di pantai keemasan,
mercusuar tak kunjung padam
aku adalah pengembara dengan jiwa hitam
rambut kemerahan, gigi asin cemar
di saku jins biru uang recehan
dan cincin mata zamrud hadiah untuk siapa.
Aku tahu ini penting, bagai matahari
tahap sejati mimpi lelaki,
tapi, bagaimana benar-benar bermimpi?
saat perut menggeram,
candu tembakau filter rendah nikotin,
tidurmu menghadap arah kiblat?
Ke laut, ke laut!
ingin melihat laut,
puas mencumbui kota,
telapak tangan bergoyang dan
tujuh huruf putih di tapal batas
masa depan sesuram pelangi
gadis-gadis!
oh, gadis-gadis manis itu, mereka tidak pernah tahu
yang meninggalkan dan ditinggalkan, mereka tidak tahu:
puisi, bebas, masyhur, abadi.
aku bukan lagi Chairil,
aku adalah Kho Ping Hoo
Karl May dengan bedil perak mengail ikan
akulah langit, aula bintang-bintang berkumpul
di terminal bus, di stasiun kereta
botol minuman dingin pengerat dahaga
tumpang tancap gawai mengisi daya
karpet kelabu kasar telusuri dengan hati-hati.
sebuah mobil berhenti-
bergoyang.
Bandung, 26 November 2017 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
*terinspirasi seorang sahabat yang sedang melakukan pengembaraan. Hari ini, hari ke-56 dia berada di jalan.