Heboh tentang Bumi Datar (Flat Earth) mendorong penulis untuk membuat artikel ini. Meski banyak argumen bertele-tele yang diajukan para pengusung ‘teori’ Flat Earth (dan semuanya bisa dibantah), namun di sini penulis hanya akan menunjuk beberapa poin penting saja yang langsung mematahkan argumen pendukung teori tersebut.
Peta Versi Flat Earth
Pengusung Flat Earth menjadikan Gleason’s New Standard Map of The World tahun 1892 sebagai standar peta, yang menyimpang dari maksud pembuatan peta tersebut. Peta tersebut dimaksudkan untuk menentukan koordinat dan zona waktu.
Untuk memahami peta, perlu sedikit pemahaman tentang dasar-dasar kartografi.
Peta bumi adalah proyeksi dwimatra (dua dimensi) yang ditransformasi dari permukaan bumi yang trimatra (tiga dimensi). Jika Anda menonton televisi, Anda sedang menyaksikan proyeksi dwimatra dari peristiwa trimatra. Potret adalah citra dwimatra dari titik waktu (momen) benda trimatra.
Ada berbagai teknik proyeksi kartografi yang terus berkembang sesuai kemajuan ilmu komputasi. Â
Peta Gleason menggunakan teknik proyeksi Azimuthal equidistant yang diperkenalkan oleh Abu Rayḥan al-Biruni c. 1000 M, dengan kutub utara sebagai pusat peta. Bendera PBB menggunakan peta jenis ini. Proyeksi yang sama juga digunakan untuk wilayah Micronesia.
Sebagai ilustrasi di bawah: kulit jeruk (peta) merupakan proyeksi dari jeruk (bumi).
Menurut pengusung teori Flat Earth, foto Bumi adalah rekayasa komputer karena warnanya tidak konsisten dari tahun ke tahun.