Terkaget-kaget ketika bangun sudah pukul tujuh pagi lewat 15 menit. Rasanya buntu tak karuan karena mesti mandi dan bersiap untuk rutinitas pagi menuju kantor. Akhirnya berhitung waktu mandi dan berpakaian hingga kutarget tak lebih sepuluh menit. "Mana kemeja dan celana ?", teriakku seakan dunia sudah gelap sekali karena kupikir mesti mengejar kereta jam 7.30 dari stasiun terdekat dari rumahku.
Akhirnya target mandiku selesai dengan berpakaian rapih hanya 10 menit dan lima menit sampai stasiun terdekatku. Tergopoh-gopoh tentunya mencapai stasiun awal setelah "tap" kartu tiket keretaku.
Setibanya di Jatinegara stasiun transitku lantas kutunggu kereta yang menuju Stasiun Kampung Bandan. Tujuan utama yaitu ke Stasiun Tanah Abang untuk lanjut naik kereta ke Stasiun Serpong.
Kurasa perjuangan baru dimulai dari Stasiun Jatinegara dengan hiruk pikuknya kurasa. Jam terasa jadi pertaruhanku berjuang tiba di kantorku di daerah Serpong sesuai harapan. Dalam pandanganku selisih jam yang ada sesungguhnya masih bisa diisi dengan beberapa jam kedatangan kereta yang bisa membantu ketepatan waktu tempuh ke tempat tujuan (kerja/aktifitas).
Dalam ingatanku Perusahaan Kereta Api Indonesia dengan kondisi saat ini sudah dalam kondisi terbaik dengan segala pengalamanku naik kereta lokal Jakarta dan luar daerah semenjak era 80-an. Venue yang ada sangat nyaman dinikmati penumpang dengan segala fasilitasnya termasuk outlet makanan dan minumannya.
Patutlah kita berterima kasih kepada pak  Ignasius Jonan yang menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) tahun 2009 s.d. 2014. Dengan garda terdepannya Security Manager Daops I PT Kereta Api Indonesia (KAI), Akhmad Sujadi, kala itu. Pada umumnya kepada semua yang terlibat dalam pemegang kebijakan dan para pihak dalam pengimplementasian kebijakannya saat itu dirasa melawan arus dan berat tantangannya, baik skala Jabodetabek ( CommuterLine) maupun nasional, tapi berhasil .
Cerita Ignasius Jonan hanyalah jadi sekedar legenda karena kini dengan kondisi yang ada kita menghadapi permasalahan sesaknya menikmati transportasi massal tersebut. Sementara himabauan dan sosialisasi penggunaan transportasi massal terus masif dilakukan.
Semua hal yang kita nikmati saat ini bisa menjadi ladang amal jariyah untuk pak Ignasius jonan dan jajarannya yang telah menyisakan hasil kerja terbaiknya. Sisanya tinggal para penerusnya yang terus mesti berbenah dengan sekuat tenaga di antara segala tantangannya yang semestinya bisa lebih mudah.
Selepas saya mendapat kereta jurusan Stasiun Kampung Bandan dari Stasiun Jatinegara pakaian rapih yang sekuat tenaga dijaga menjadi lusuh dan bahkan berkeringat basah.
Setiba di Stasiun Tanah Abang tentunya saya mesti berlari-lari lagi menaiki tangga manual atau ada juga pilihan tangga jalan (eskalator) guna menyeberang ke jalur seberang menuju jalur Rangkasbitung, Parung Panjang atau Serpong.