" Dari dalam rumah saya juga terus jaga dan amati keluarga terutama anak-anak. Entah apa yang ada di pikiran anak-anak karena selalu ceria dan ada canda tawa. Terkadang mereka juga kesal dengan yang namanya Corona karena membuat suasana berubah total tak leluasa keluar dan penuh larangan."
Sudah dua bulan lebih hidup jaga jarak putus rantai Corona dan terus jalani dengan santai. Sebelum masuk aturan (WFH Work From home ) kebetulan saya baru selesai tugas luar kota jadi tidak terlalu berasa akan datang penyesuaian waktu dan tempat bekerja.Â
Dalam masa tugas luar kota saya sudah melihat gejala akan adanya WFH dan diberlakukan aturan "lockdown" istilah pembatasan total seperti yang sudah dijalankan di luar negeri seperti China, Italia, Spanyol, Prancis, Irlandia, Elsavador, Belgia, Polandia, Agentina, Yordania, Belanda, Denmark, Malaysia, Filipina, Libanon. Jumlah negara yang lakukan lockdown mungkin bisa bertambah seiring mengganasnya sebaran Covid 19 yang seakan tak ada ampun. Kebijakan Lockdown diambil sebagian upaya serius mencegah bertambahnya orang yang terkena virus Corona.Â
Ada yang bilang lockdown lebih mengarah penguncian suatu wilayah alias karantina bisa dibuat setingkat wilayah atau negara. Dijelaskan lagi dalam kamus Cambridge, lockdown adalah sebuah situasi di mana orang tidak diperbolehkan untuk masuk atau meninggalkan sebuah bangunan atau kawasan dengan bebas karena alasan sesuatu yang darurat.
Indonesia beda sendiri dengan menggunakan istilah PSBB ( Pemberlakuan Sosial Berskala Besar ) berbeda dengan istilah lockdown. PSBB seperti dikatakan Oscar Primadi, Sekjen Kemenkes adalah pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk di dalam suatu wilayah yang diduga ada infeksi Covid-19 guna mencegah kemungkinan penyebaran. Oscar menambahkan lagi pembeda dengan lockdown yaitu PSBB masih memberi kesempatan masyarakat beraktivitas di luar rumah. Social Distancing ( pembatasan sosial atau jaga jarak) jadi kunci utama di PSBB.
Mau lockdown atau PSBB "fix" saya atau kita terkunci ruang gerak dan sebabkan mati gaya. Mau kemana saat PSBB ? Bingung hampir semua tempat di Ibukota sudah lakukan penerapan PSBB. Dari dalam rumah saya juga terus jaga dan amati keluarga terutama anak-anak. Entah apa yang ada di pikiran anak-anak karena selalu ceria dan ada canda tawa.
Terkadang mereka juga kesal dengan yang namanya Corona karena membuat suasana berubah total tak leluasa keluar dan penuh larangan. Gadget jadi pegangan anak-anak dalam mengisi kejenuhan PSBB dikala jalankan puasanya. Pada hari normal biasanya anak-anak mendapat pembatasan waktu bermain gadget karena itu mesti diterapkan seiring adanya tugas sekolah dan lainnya yang biasa dikerjakan.
Kali ini bahkan saya jadi ikut larut dengan mereka yang selalu dengan keseruannya. Saya bukanlah termasuk orang yang menyenangi game yang sangat serius maupun non serius, hanya sekedarnya. Dua anak saya adalah kakak beradik Lelaki dan perempuan yang juga menyenangi game Free Fire ( FF). Buat saya itu game yang berat dan butuh waktu banyak untuk memainkan atau menyelesaikannya. PSBB sangat membuat saya jadi tahu istilah-istilah dalam FF dengan tidak sengaja. Mau tidak mau saya mendengar istilah-istilah FF saat anak-anak sedang mabar alias main bareng dengan teman-temannya dalam satu sesi game dan ada teriakan-teriakan arahan komando.
" Hanya saja dalam pikiran saya bertahan jangan sampai saya larut dengan game itu bisa-bisa habis waktu dan banyak pekerjaan terlantar. Serius sekali memang pandangan saya saat itu. Bukan tanpa sebab karena saya sudah melihat teman-teman yang asyik main berjam-jam entah apa yang dicari dalam game "cacing".
Rasanya saya ter-prospek meminjam istilah MLM (Multi Level Marketing) ketika kedua anak tiba-tiba jadi senyap entah main apa. Rupanya tampil di layar gadget cacing yang meliak-liuk dengan rakusnya melahap semua makanan yang dilewati. Hemmm boleh juga pikir saya dalam hati. Sebenarnya saya sudah mengenal game "Cacing" ini dengan sebutan "Worms Zone" saat bekerja di kantor saat waktu masih normal sebelum PSBB.
Hanya saja dalam pikiran saya bertahan jangan sampai saya larut dengan game itu bisa-bisa habis waktu dan banyak pekerjaan terlantar. Serius sekali memang pandangan saya saat itu. Bukan tanpa sebab karena saya sudah melihat teman-teman yang asyik main berjam-jam entah apa yang dicari dalam game "cacing". Dalam masa PSBB ini saya tersentuh Worms Zone ketika diajak berkompetisi dengan anak lelaki saya yang sudah sangat mahir meliak-liukkan "cacing rakus"-nya hingga ke skor pencapaian yang fantastis.Â