Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sebelum Terang Benderang, Tolong Harun Masiku Jangan Meninggal Dulu

12 Mei 2020   16:58 Diperbarui: 12 Mei 2020   17:10 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar dari kompasTV

Geger kabar meninggalnya Harun Masiku ( Mantan Caleg PDIP, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) agak mengagetkan dan banyak yang ingin tahu kabar pastinya. Untungnya kabar meninggal ini disandang untuk seorang bernama Harun Masiku yang jadi buruan KPK dan termasuk pusat perhatian publik. Jadi aman-aman saja bilang Harun Masiku meninggal.

Loh kok bisa sih ada kabar Harun Masiku? Darimana ? Sungguh sangat penasaran dan ingin tahu juga maksud pemberi kabar tersebut. Kabar Harun Masiku meninggal berasal dari Boyamin Saiman tujuh hari lalu. Sontak kabar dari Boyamin Saiman, Kordinator MAKI ( Masyarakat Aliansi Anti Korupsi Indonesia) mengatakan dia yang membuat narasi Harun Masiku meninggal. Seperti kegeraman yang tak tertahan hingga meletus jadi kata "meninggal". 

Sikap Boyamin tentu punya maksud besar atas belum tertangkapnya Harun Masiku bahkan keberadaannya seperti ditelan gelap. Boyamin juga akui tidak miliki bukti tentang meninggalnya Harun. Sontak pernyataan Boyan secara mengarahkan pandangan mata masyarakat ke lembaga Anti Rasuah Indonesia yaitu KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi). Mau tidak mau KPK tertodong membuat laporan kemajuan atas hasil perburuan tersangka Harun selama ini. Boyamin berhasil membuat kursi KPK bergoyang kembali dengan kata Harun " Meninggal". 

Juru bicara Plt KPK Ali Fikri menyebut tidak ada informasi kuat tentang meninggalnya Harun Masiku   dan menegaskan penyidikan atas perkara Harun Masiku tetap berjalan. Sejauh ini KPK terus berupaya menangkap nama DPO tersebut. Harun jadi seri baru atas kasus-kasus lainnya di mata masyarakat.

Masyarakat dalam situasi Ramadan dan ditengah pandemi corona tentu sama sekali tak fokus ke Harun. Tetiba dalam diam ada bisikan boyamin yang coba mengajak untuk beri sedikit perhatian kasus Harun dan dorong KPK bersama-sama agar tetap dalam kondisi serius dan lebih kencang lagi.

Jahat kalau bisa dibilang untuk Boyamin, wong masih hidup dikatakan meninggal. Nah terus kalau ada yang tanya memang ada buktinya Harun masih hidup? Bingung juga kan jawabnya. Sekali lagi Boyamin cerdik walau ada jahatnya, eehh apa ya kata yang pas entahlah kreatif setengah jahil bisa juga. Ungkapan Harun meninggal adalah gaya komunikasi yang beda dengan maksud bisa diduga untuk mendorong kerja KPK, me-monitor kerja KPK, pengingat ke publik juga.

Harun  sesungguhnya adalah kunci besar yang diharapkan dapat membuka tabir skandal memalukan yang melibatkan figur yang seharusnya bisa jadi panutan masyarakat. Wahyu Setiawan seorang Komisioner KPU atau sebut saja wasit Pemilu 2019 disebut KPK menerima uang suap dari Harun dengan maksud bisa ditetapkan oleh KPU ( Komisi Pemilihan Umum) sebagai anggota DPR RI menggantikan Nazarudin Kiemas yang sudah meninggal Maret 2019. 

Total suap yang diberikan Harun sebesar 900 juta Rupiah. Wahyu Setiawan tidak sendiri masih ada Agustiani Tio Fridelina, mantan Anggota Badan Pengawas Pemilu yang juga orang kepercayaan Wahyu. Nama-nama seperti Wahyu, Agustiani, Harun dan saeful (pemberi suap) sudah ditetapkan sebagai tersangka dengan ketetapan pasal yang sudah disangkakan masing-masing. Mau sampai kapan situasi ngambang seperti ini terus berjalan. Harus ada sikap legowo dan sikap jiwa besar akui keterlibatan dan kesalahan. Harta dan kekuasaan jangan sampai membutakan kebenaran bagi masyarakat. 

Semua dalam penantian terang benderang bahkan sah-sah saja segala asumsi melebar. Rentang A- Z jadi ajang terka lahir dugaan benarkah ada figur besar dan berpengaruh terlibat? Mengapa Harun begitu mudahnya melarikan diri saat detik-detik penangkapan  dengan balutan kemasan beragam cerita skenario hingga publik pun pusing untuk  ambil cerita yang mana versi Tempo atau versi KPK atau versi dugaan netizen. 

Ah Boyamin" kamu bisa aja deh ingatkan yang mulai ngantuk jadi serius ikuti lagi jalan berliku Harun Masiku". Akhir kata boleh dong berharap atau juga jadi bagian doa di bulan Ramadan ini. Tolong Harun Masiku jangan meninggal dulu sebelum terang benderang dan luruskan jalan berliku. (Isk)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun