Indische Sociaal Democratische Vereeniging atau ISDV bentukan Henk Sneevliet ternyata setelah lama eksis belum juga dapat menarik banyak anggota, padahal organisasi ini haruslah memiliki massa banyak agar revolusi yang menjadi tujuan organisasi dapat terwujud.
Sneevliet melihat bahwa pribumi yang mayoritas di Jawa sama sekali tidak tertarik bergabung ke ISDV, karena pimpinan dan anggotanya hampir semuanya orang keturunan Indo dan warga Eropa, nyaris tidak ada pribuminya. Apalagi nama organisasi ini memakai bahasa Belanda, sehingga sudah terstigma kalau organisasi ini adalah organisasi Belanda, bukan pribumi.
Berdasarkan hal itu, Sneevliet berusaha merekrut beberapa tokoh muda potensial. Tidak beberapa kemudian, berhasilah Semaoen dan Darsono diajak untuk bergabung ISDV.
Keberadaan dua orang ini, ibarat magnet yang menarik cukup banyak kader bergabung. Terlebih lagi pada saat itu Semaoen dan Darsono merupakan pemimpin Sarekat Islam cabang Semarang.
Sarekat Islam itu organisasi terbesar dan paling banyak anggotanya di Hindia Belanda, dan inilah yang dilihat Sneevliet sebagai peluang untuk mendapatkan kader sebanyak-banyaknya, yaitu dengan memanfaatkan Serikat Islam sebagai kendaraan sekaligus alat untuk menjaring massa sebanyak-banyaknya.
Ibarat benalu yang nempel di inangnya, ISDV dapat menyerap nutrisi terus-menerus dari Sarekat Islam. Praktek ini mudah terjadi, karena pengurus Sarekat Islam sendiri awal mulanya tidak mempermasalahkan dualisme organisasi bagi setiap anggotanya.
Kelak beberapa tahun kemudian, saat Sneevlieat sedang berkunjung ke Tiongkok. Setelah melihat Komunis kurang berkembang di sana, dirinya lalu menyarankan kepada Komite Pusat Komunis Cina, agar bergabung dengan Kuomintang, rivalnya, modusnya sama yaitu menjadi seperti parasit yang menyedot nutrisi mahluk inangnya.
Setelah dirasa sudah cukup besar, barulah mereka melepaskan diri, terbukti dengan lahirnya Perserikaten Kommunist Hindia, cikal bakal Partai Komunis Indonesia atau PKI setelah beberapa lama "menempel" pada Sarekat Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H