kesultanan atau kerajaan pulau kecil di utara pesisir Jawa, yang meskipun kecil, namun sempat mendominasi perairan Nusantara dan menggentarkan Portugis.
Alkisah dahulu pernah adaKesultanan itu dikenal dengan nama Kalinyamat, letaknya di pulau Muria, yang saat itu masih terpisah dari daratan utama pulau Jawa.
Memang masa kejayaannya hanya sebentar, kurang lebih 50 tahun sejak terpisah dari Demak dan sampai akhirnya dianeksasi Mataram. Tapi waktu yang sebentar itu sudah cukup membuat kesultanan ini menjadi salah satu pemain utama di kawasan Nusantara.
Jika Demak hanya sempat satu kali melakukan eskpedisi penyerbuan ke Malaka Portugis, dan Mataram bahkan tidak pernah sama sekali. Maka kesultanan kecil ini mampu melakukan eskpedisi sampai dua kali untuk menyerang Malaka, itu belum ditambah ekspedisi timurnya ke Hitu untuk menghadapi musuh yang sama, Portugis.
Melakukan ekspedisi penyerangan ke tempat yang jauh pada saat itu pastinya membutuhkan biaya mahal, namun hebatnya Kalinyamat sanggup melakukan itu. Mungkin karena bandar pelabuhan Kalinyamat sudah sangat kaya saat itu karena menjadi pilihan utama kapal-kapal yang berlayar ke timur dan barat.
Lokasinya yang strategis juga ditopang ketersediaan sumber kayu yang memang dicari para nahkkoda untuk dapat memperbaiki kapalnya, ditambah lagi kuatnya pasokan beras dari pedalaman, yang menjadi sumber makanan utama para pelaut Nusantara. Nampaknya kesultanan Kalinyamat menyadari hal itu, lalu membuat galangan kapal yang diperkirakan termasuk yang paling besar seantero kawasan saat itu.
Selama ini kalau mendengar Kalinyamat, maka yang familiar biasanya adalah ratunya, yang menyandang nama yang sama dengan daerahnya, Ratu Kalinyamat. Beliau dianggap sebagai tokoh paling kuat pengaruhnya tidak hanya untuk negaranya sendiri, akan tetapi juga untuk seluruh kawasan Nusantara.
Pada masanya lah, terjadi beberapa kali eskpedisi penyerangan. Dua kali ke Malaka, sekali ke Hitu. Semuanya memang kurang berhasil, tapi jika mau dicermati, pada seluruh ekspedisi menghadapi Portugis tersebut, posisi Portugis selalu di pihak yang bertahan di wilayahnya sendiri, dari situ dapat memperlihatkan kepada kita, bahwa bisa jadi Portugis menyadari kehebatan armada ekspedisi Kalinyamat, sehingga memutuskan untuk memilih menunggu saja daripada menyerang di laut terbuka.
Sepeninggal wafat ratunya, kesultanan ini dipimpin Pangeran Jepara yang merupakan keponakan dari sang ratu. Banyak yang mengira di bawah kepemimpinannya, kesultanan Kalinyamat banyak mengalami kemunduran, tapi sebenarnya justru pada masa beliaulah kekuasaan Kalinyamat lebih meluas, dengan berhasil dikuasainya pesisir Kalimantan Barat dan sempat menggeser hagemoni kesultanan Brunei di Kalimantan sana.
Jadinya kalau meminjam istilah Latin dari imperium Roma terhadap Laut Mediterania yang disebutnya Mare Nostrum, yang dapat dimaknakan sebagai "Laut Kami". Maka Laut Jawa dan sekitarnya bisa jadi adalah Mare Nostrumnya Kesultanan Kalinyamat.
Sayangnya kerajaan Mataram berhasil mengalahkan Kalinyamat (karena mungkin Mataram lebih kuat angkatan daratnya), dan menjadikannya vassal di bawah Mataram. Seandainya eksistensi Kalinyamat dapat berlanjut, mungkin saja juga menghalau armada VOC, sebagaimana keberhasilannya terhadap armada Portugis, dan jika itu yang terjadi, maka alur sejarah di Nusantara pasti akan jauh berbeda.