Kalau orang Nusantara sudah mengenal santet dari zaman dulu, mengapa pasukan Belanda tidak disantet saja? Atau jika masa itu orang Nusantara, ada yang sudah kebal senjata, mengapa tetap mati juga ditembak tentara Eropa? Dan masih banyak lagi terkait kesaktian penduduk Nusantara yang dipertanyakan keefektifannya dalam mengusir penjajah.
Kesaktian dalam agama Islam, dikenal istilah Mukjizat, Karomah, Maunah, di mana Mukjizat untuk para Rasul dan Nabi, Karomah untuk wali dan orang sholeh, sedangkan Maunah untuk masyarakat awam, namun semunya itu punya kemiripan yaitu tidak dapat dipergunakan terus-menerus, karena kemunculannya hanyalah hak prerogatif Tuhan, bukan manusianya.
Sedangkan untuk santet atau ilmu kebal, itu menurut pendapat banyak tokoh, menganggap bahwa ilmu-ilmu kesaktian tersebut tidak dapat dikategorikan ke dalam Karomah atau Maunah. Bisa jadi ilmu ini dipercayai didapatkan setelah manusia yang bersangkutan berinteraksi dan bersepakat dengan mahluk halus tertentu.
Dan jangan salah, cerita mengenai ilmu kesaktian ini tidak hanya ada di Indonesia saja, hampir seluruh dunia, pasti mengenal apa itu kesaktian dengan keunikannya masing-masing. Termasuk juga di Afrika Barat, yang konon menjadi asal muasalnya Voodoo yang kemudian banyak berkembang di Karibia, lalu siapa yang menyangsikan betapa tuanya ilmu klenik dari India.
Akan tetapi semua kesaktian itu nyatanya tidak banyak mempengaruhi kemampuan mereka untuk menghadapi bangsa-bangsa Eropa, tetap saja Afrika Barat dan India akhirnya juga menjadi tanah jajahan Eropa.
Ada yang berpendapat ilmu kesaktian baru bisa berdampak bagi mereka yang percaya saja, atau ada yang bilang apabila sudah berbeda agamanya, maka tidak terlalu berpengaruh.
Nampaknya jika hanya kesaktian yang diandalkan menghadapi penjajah, kelihatannya tidak akan banya berpengaruh karena kesaktian model ini sifatnya insidentil atau hanya muncul sewaktu-waktu saja.
Permasalahan ini masih pro-kontra, termasuk di Indonesia sendiri, masyarakatnya meskipun sudah modern, namun masih membekas sisa-sisa kepercayaan zaman dahulu.
Menurut pandangan subyektif penulis, untuk mengusir penjajah itu tidak akan cukup hanya bermodalkan kesaktian saja, bahkan kalau tidak sakti juga tidak apa-apa, asal dapat memenuhi faktor-faktor lain yang jauh lebih utama, seperti ideologi, teknologi, dan diplomasi.
Dan selama ini dalam sejarah peradaban manusia, belum dapat dibuktikan bahwa ada negara yang dapat mendominasi negara lainnya karena kesaktian prajurit dan penduduknya, yang ada justru karena dimanfaatkannya inovasi baru di bidang teknologi atau bidang strategi perangnya. Selain itu juga didukung oleh faktor pendukung yang lain, seperti kuatnya perekonomian dan jumlah populasi yang berlimpah, sehingga mereka dapat mengembangkan angkatan perang yang kuat dan memiliki suplai logistik yang memadai.