Masjid Istiqlal yang menjadi ikon Jakarta, seyogyanya itu memiliki arsitektur yang kental nuansa tradisional khas Nusantaranya.
Bukannya tidak menghargai hasil karya monumental Friederich Silaban, namunMasjid Istiqlal tidak hanya sekedar menjadi masjid agung pada umumnya yang biasanya didirikan dekat alun-alun setiap kota di Indonesia. Masjid ini bisa jadi merupakan simbol nasional bagi seluruh entitas budaya yang ada di Indonesia, dengan begitu alangkah idealnya jika arsitektur bangunan megah tersebut dapat mewakili semua suku bangsa yang ada di negeri ini.
Apalagi saat itu Indonesia baru saja merdeka, maka dengan hadirnya Masjid itu, dapat menunjukkan jati diri dan kearifan lokal yang sebenarnya dari bangsa kita.
Dengan keterwakilan seluruh entitas budaya yang berasal dari beraneka ragamnya suku bangsa di Indonesia, menjadikan Masjid Istiqlal dapat dinobatkan sebagai simbol persatuan nasional. Terlebih lagi di saat negeri ini masih belia, dimana ancaman separatisme dan perpecahan banyak terlihat di mana-mana.
Coba saja bayangkan apabila Masjid Istiqlal itu mempunyai paduan gaya antara atap tradisional khas Toraja dengan Minangkabau, kemudian bangunan bawahnya mirip joglo Jawa. Itu imajinasi saya, yang kalau benar-benar terwujud maka untuk saat itu, kemungkinan besar tidak akan ada bangunan di luar negeri yang mirip dengan masjid ini.
Hawa sakral khas Indonesianya pasti akan jauh lebih terasa bagi setiap pengunjungnya, jika dibandingkan yang dirasakan saat ini. Pengalaman dan sensasi berbeda inilah yang akan dikenang lebih lama bagi mereka.
Dan tidak menutup kemungkinan, kehadiran masjid bergaya tradisional ini dapat menarik para wisatawan asing karena dinilai sangat eksotis.
Memang sebaiknya masjid itu tidak boleh keluar dari fungsi utamanya sebagai tempat ibadah ritual, jangan sampai dengan semakin banyak hadirnya para pengunjung dapat mengurangi kekhusyukan beribadah para jama'ahnya. Antara fungsi dan tampilan haruslah seimbang dan sinergis, begitu pula dengan Masjid Istiqlal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H