Nongkrong atau berkumpul dengan teman atau kerabat, bisa jadi sudah menjadi kebiasaan yang dilakoni sebagian masyarakat di Indonesia. Dari anak-anak belia usia sekolah hingga kakek-kakek yang sepuh pun banyak yang suka ngariung di sela waktu senggang mereka.
Memang sih bangsa ini mengenal istilah mangan ora mangan, sing penting ngumpul. Meskipun istilah ini berasal dari tradisi orang-orang Jawa, penulis yakin kalau suku-suku lain di Indonesia juga mengenal kebiasaan ngumpul yang sama, hanya saja dengan penamaan yang berbeda karena disesuaikan dengan bahasa lokalnya masing-masing.
Akan tetapi ternyata tidak semua orang itu suka ngumpul, apakah mereka itu tidak mau bersosialisasi? Alasannya karena bukankah konon katanya silahturahmi itu bagian dari kebudayaan khas ketimuran bangsa kita?
Jawabannya adalah biarpun masyarakat mungkin menganggap nongkrong atau berkumpul itu penting, tetap saja kebiasaan itu tidak boleh dipaksakan terhadap semua orang. Tidak setiap orang nyaman kumpul-kumpul dengan orang banyak, walaupun dengan orang yang sudah dikenalnya sekalipun.
Sayangnya kadangkala masyarakat gampang mencap seseorang yang tidak suka berkumpul itu dengan stigma negatif, dianggap sombong, cuek, kaku, individualis, aneh ataupun sederat tuduhan lainnya. Dan karena sudah diidentikkan seperti itu, masyarakat kemudian cenderung mengucilkan mereka yang mungkin sebagai bentuk hukuman terhadap orang yang bersangkutan.
Masyarakat ini tidak selalu masyarakat di perkampungan atau perumahan tempat kita tinggal, tapi juga bisa lingkungan pergaulan sekolah, kampus, ataupun sesama rekan kerja.
Padahal orang-orang ini mungkin tidak mau gabung bercengkrama dengan teman-temannya bukan karena sombong atau kaku misalnya, mereka hanya lebih suka dengan kesendiriannya.
Ya, jawabannya adalah kenyamanan, karena tidak semua orang itu nyaman berkumpul dengan banyak orang. Mereka tidak aneh karena mereka juga normal seperti kebanyakan orang di masyarakat.
Perbedaan ini sebenarnya sudah banyak kajiannya dalam lingkup ilmu psikologis, mengenai berbedanya antara orang introvert dengan orang ekstrovert, meskipun tampaknya belum diterima luas di kalangan masyarakat kita.
Seandainya mereka, orang introvert dipaksakan nongkrong, biasanya mereka akan lebih suka bercengkrama sendiri atau tidak betah berlama-lama di tempat berkumpulnya, biasanya dengan alasan apapun akan segera meninggalkan keramaian untuk mencari ketenangannya kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H