Akhir tahun 2016 lalu penulis pernah berkunjung ke Temanggung dalam rangka dinas dari kantor. Penulis lupa pada tanggal berapa berangkat kesana, namun kalau tidak salah bertepatan denga festival kopi khas Temanggung yang kebetulan diadakan agak didepan hotel tempat penulis menginap.
Hotel tempat menginap adalah Indraloka Hotel, tempatnya lumayan bagus dan bersih untuk dijadikan penginapan, letaknya berada di jalan Suwandi Suwardi yang merupakan jalan penghubung ke arah Secang. Hotel ini juga strategis karena dekat dengan SPBU dan Terminal Bus Madureso sehingga memudahkan mereka, baik yang membawa kendaraan sendiri maupun yang mempergunakan angkutan umum untuk berpergian keluar kota.
Lokasi hotel ini sebenarnya sudah agak kepinggiran Temanggung, akan tetapi tidak terlalu jika kita mau jalan-jalan ke beberapa tempat keramaian yang ada di kota tersebut. Persis agak kebelakang hotel terdapat Lapangan Tenis Indoor, GOR Bambu Runcing, dan Stadion Bumi Phala yang menjadi markas Persitema Temanggung. Lalu disebelah kanan atau sisi utaranya dari hotel itu ada Pujasera yang berisi beraneka macam kios makanan yang dapat menjadi pilihan bagi kita untuk mengisi perut.
Seperti yang diawal penulis sebutkan bahwa agak diseberang hotel ini pernah diadakan festival kopi khas Temanggung. Tempat diadakan festival itu adalah lapangan parkir Gedung Pemuda yang juga terdapat gedung yang menjadi pusat oleh-oleh UMKM milik Pemerintah Kabupaten Temanggung. Pada festival itu cukup banyak stand-stand yang memperkenalkan berbagai jenis komoditas kopi khas Temanggung, tidak lupa pada saat itu menyempatkan diri untuk mencicipi sajian kopi yang ada disalah satu stand.
Selama disana selain melaksanakan tugas yang sudah diamanahkan dari kantor, penulis sempat mengunjungi ke tempat-tempat yang cukup menarik. Diantaranya adalah Klenteng Konglingbio T.I.T.D Cahaya Sakti Temanggung, menariknya didalam klenteng tersebut terdapat beberapa patung yang berasal dari agama yang berbeda, yaitu Konghucu dan Budha. Hal menunjukkan betapa kuatnya rasa saling toleransi sesama pemeluk agama yang berbeda hingga dapat saling beribada ditempat yang sama.
Selain Klenteng Konglingbio, penulis juga tidak lupa berkunjung ke Masjid Agung Darussalam yang terletak di alun-alun kota Temanggung sekaligus menuaikan ibadah shalat Jumat. Masjidnya cukup megah karena memang merupakan masjid raya bagi kota tersebut, didepannya adalah lapangan alun-alun yang pada waktu itu setelah shalat Jumat terdapat cukup banyak jajanan untuk memuaskan dahaga dan menganjal perut.
Karena penulis suka berjalan kaki cukup jauh, maka selama di Temanggung lebih banyak dihabiskan dengan jalan-jalan kaki menyusuri beberapa jalan utama. Yang paling jauh adalah berjalan sepanjang jalan Secang-Temanggung sampai melalui Jembatan Kranggan yang tepat dibawahnya didirikan ada Makam Pahlawan dan Monumen Pembunuhan Massal. Tapi tidak berhenti disitu, penulis tetap melanjutkan petualangannya berjalan kaki sampai melewati pasar yang penulis lupa namanya.
Secara umum, Temanggung cukup asri dengan jalan dan trotoar yang bagus dan memanjakan para pejalan kaki dibandingkan kota-kota lain di Indonesia yang pernah penulis kunjungin. Terutama trotoarnya cukup besar, bersih, rindang dan tertata dengan baik sehingga bagi kita yang ingin berjalan kaki menyusuri jalan terkadang lupa kalau kita ternyata sudah cukup jauh berjalan.
Itulah gambaran bagaimana kesan penulis yang sempat beberapa hari mengunjungi Temanggung. Kota yang asri dan nyaman bagi para pejalan kaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H