Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lebensraum ala Indonesia

31 Oktober 2022   18:09 Diperbarui: 31 Oktober 2022   18:12 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ide ini terdengar cukup gila di telinga kita, sebagian orang bisa saja akan menuduh ide ini adalah ide fasis yang tidak cinta damai. Namun penulis berusaha akan sedikit saja mengulasnya, minimal ada inspirasi yang terbetik setelah ide ini dibahas.

Apa sih yang membuat ide ini dapat dianggap gila, karena ide ini mendasarkan kepada ide kontroversial yang pernah dikemukakan oleh bapak Nazi Jerman, Adolf Hitler. Ide ini dikenal dengan nama Lebensraum yang maknanya dapat dipahami sebagai ruang hidup, ruang hidup untuk mengisi kelebihan penduduk yang terus bertumbuh sehingga dapat menyulitkan mereka kalau tetap hidup di lokasi yang sempit dan padat.

Jika Lebensraum pada ideology Jerman Nazi, berarti ruang hidup buat rakyat Jerman yang pada saat itu sudah sangat membludak jumlahnya. Maka Lebensraum ala Indonesia, dapat diartikan sebagai ruang hidup bagi rakyat Indonesia yang jumlahnya sudah mencatatkan negeri ini sebagai negara keempat terbanyak penduduknya sedunia. Dan rekor lainnya adalah menjadikan pulau Jawa sebagai salah satu pulau besar yang penduduknya paling padat seantero bumi.

Program migrasi penduduk sudah lama dicanangkan sejak negeri ini masih dikuasai pemerintah Hindia Timur Belanda, lalu dilanjutkan kembali setelah Indonesia merdeka. Namun tampaknya program migrasi hanya menunjukkan tanda positif yang kurang signifikan karena jumlah penduduk yang diberangkatkan keluar pulau Jawa tetap tidak dapat mengimbangi besarnya jumlah warga yang urbanisasi ke pulau tersebut.

Atas dasar itu, dan berbagai macam alasan itu rasanya harus ada terobosan baru yang kalau perlu terobosan yang agak gila. Salah satunya mungkin adalah ide Lebensraum ala Indonesia.

Apabila Lebensraum ala Jerman Nazi yang ditargetkan untuk menjadi ruang hidup bagi rakyat Jerman adalah wilayah timur Eropa sana, terutama Rusia yang dianggapnya luas tapi penduduknya tidak banyak. Pertanyaannya untuk Lebensraum ala Indonesia kira-kira negara atau daerah mana yang potensial untuk dijadikan tempat tinggal rakyat negeri kedepannya?

Australia merupakan negara dengan luas mencapai 7.682.300 km2 sehingga menjadikannya negara terluas ke enam. Ironisnya negara seluas itu kepadatan penduduknya sangatlah timpang karena jumlah penduduknya hanya sekitar 25.499.884 jiwa, bandingkan dengan Indonesia yang berkali-kali lipat jauh lebih banyak penduduknya.

Memang penduduk yang mendiami negara benua tersebut tidaklah merata, karena hanya sebagian kecil saja dari wilayahnya yang layak dihuni manusia, seperti wilayah pesisir timur dan pantai utara. Selebihnya didominasi oleh gurun panas yang tidak kondusif untuk didirikannya pemukiman manusia.

Akan tetapi dengan adanya perkembangan teknologi baru-baru ini, negara gersang seperti Israel saja dapat berswasembada pangan sendiri dan bahkan memungkinkan mereka untuk mengekspor pangan yang telah dihasilkannya. Apa yang dapat dilakukan mereka mengapa tidak dapat dilakukan juga oleh Indonesia? Kalau ada yang menjawab: tinggal di Indonesia yang tanahnya subur saja masih ada kelaparan, apalagi tinggal dinegara yang memang dari awal kering kerontang? Perlu diingat bahwa naluri setiap manusia adalah bertahan hidup, jika mereka terbiasa hidup berkecukupan karena tinggal ditanah yang subur maka mental berjuang dan kreatifitasnya tidak akan sekuat dan sebaik manusia-manusia yang tinggal ditanah yang keras, dan itu sudah banyak dibuktikan dalam sejarah umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun