Konon beladiri ini berasal dari tempat yang sangat jauh disana, tempat dimana bangsa penunggang kuda pernah meneror seantero benua sehingga menjadi mimpi buruk bagi penduduk menetap yang tinggalnya berdekatan dengan mereka. Bangsa penunggang kuda ini pernah mencatatkan rekor sejarah sebagai penakluk terbesar sepanjang sejarah umat manusia karena luasan wilayahnya mencapai sebagian besar benua Eurasia atau mungkin lebih tepatnya dinamakan Asiaeropa. Catatan rekor yang sampai dengan saat ini belum ada bangsa atau negara manapun yang dapat menyamainya.
Ya, beladiri ini diperkirakan berasal dan pernah dipakai oleh para prajurit Mongol. Namun menurut cerita guru-gurunya lebih tepatnya berasal dari era Timurlenk. Walaupun banyak yang menduga bahwa Timurlenk itu berdarah Turki, akan tetapi beliau mengklaim sebagai penerus trah Khan Agung dari Temujin yang beberapa dekade sebelumnya beserta anak-cucunya pernah menjadi penakluk benua. Atas dasar itulah yang memotivasi Timurlenk untuk berusaha mengulangi kejayaan serupa dengan memulai penaklukan yang sama, hanya saja akhirnya tidaklah sesukses keluarga Gengis Khan karena suksesi dari anak-anak Timurlenk tidaklah menunjukkan usaha-usaha serius dalam melanjutkan usaha penaklukan yang sudah dirintis ayahnya.
Itu cerita singkat sejarahnya Timurlenk, cukup itu saja karena disini kita akan membicarakan mengenai beladiri yang sekali lagi konon pernah digunakan oleh para prajuritnya sehingga membuat mereka menjadi sangat kuat dan hampir tidak terkalahkan, sebagai catatan Timurlenk memang selama hidupnya dapat dikatakan hampir memenangkan semua pertempurannya. Kalau memang itu beladirinya maka nama beladiri tersebut pada masa lalu waktu pernah dipakai oleh prajurit Timurlenk belum bisa dipastikan karena belum banyak bukti sejarah yang cukup valid, oleh karena kita akan menggunakan nama yang sudah dikenal di Indonesia saat ini, beladiri itu dikenal sebagai Thifan Pokhan.
Thifan Pokhan sendiri, menurut kitab beladiri yang isinya mengenai beladiri tersebut memiliki beberapa makna atau pengertian. Thifan itu bisa jadi berasal dari nama daerah atau kota yang bernama mirip yaitu Turfan di daerah yang sekarang bernama Xinjiang atau Sinkiang di Republik Rakyat China (RRC) sana, suatu daerah yang pernah merdeka dan kemudian dianeksasi oleh China. Daerah tersebut dimata RRC memang dinamakan Xinjiang atau Sinkiang yang bermakna daerah baru, namun selain itu daerah itu juga memiliki nama lain yang bisa jadi lebih tua dari penamaan dari RRC itu, yaitu Turkistan Timur. Mengapa dinamakan Turkistan Timur? Turkistan dapat diartikan adalah tanahnya orang-orang Turki, dalam perjalanan sejarahnya Turkistan menjadi terpecah-pecah dan salah satunya adalah Turkistan Timur yang pernah didirikan kerajaannya sendiri. Â
Tapi pada masa Timurlenk, Turkistan Timur pernah menjadi salah satu basis wilayah kekuasaannya sehingga tidak menutup kemungkinan beberapa prajuritnya itu berasal dari daerah tersebut, dimana salah satunya bisa jadi adalah dari kota Turfan. Sedangkan Pokhan mempunyai makna pukulan tangan bangsawan atau raja, gabungan kata Po yang artinya pukulan dengan Khan yang merupakan gelar raja atau pemimpin besar bagi rumpun besar bangsa Turkik-Mongol bahkan jauh sejak sebelum era Jengis Khan. Dari sini berarti Thifan Pokhan dapat diartikan sebagai pukulan tangan bangsawan atau raja yang berasal dari daerah Turfan.
Menurut para guru Thifan Pokhan, beladiri ini awalnya masuk dari kesultanan Aceh Darussalam dan pernah digunakan oleh para prajurit Aceh sebagai bekal beladiri mereka pada masa itu. Seiring waktu setelah melemahnya kesultanan Aceh, beladiri tersebut dibawa ke selatan pulau Sumatera hingga akhirnya mencapai pulau Jawa.
Thifan Pokhan, mungkin karena tidak langsung dibawa dari tanah Turkistan Timur melainkan harus melewati banyak daerah di sana sebelum sampai di pulau Jawa sepertinya telah banyak menyerap beberapa ilmu beladiri lain. Salah satunya adalah beberapa tehnik yang konon diklaim diadaptasi dari perguruan Shaolin dari China. Hal ini terjadi karena mungkin dalam perjalanannya para praktis Thifan Pokhan harus melalui dataran China terlebih dahulu.
Terlebih lagi pada akhirnya daerah Turkistan Timur jadi dianeksasi oleh China pada masa Dinasti Qing atau Manchu, sehingga akses paling mudah untuk keluar dari Turkistan Timur berarti lebih memungkinkan adalah dengan melewati dataran China lebih dahulu. Beberapa pemanasan Thifan Pokhan dapat dikategorikan cukup keras dan mirip dengan pemanasan yang ada di perguruan Shaolin, dengan hampir tidak ada anggota tubuhpun yang tidak terkena pukulan atau tendangan atau hantaman karena diharapkan dapat melatih anggota tubuhnya menjadi lebih kuat.
Tetapi ada juga ciri khas dari Thifan Pokhan ini, yakni menurut para gurunya adalah pukulan tangan beracun. Disini maksud beracun apakah sama seperti racun pada bisa ular atau serangga mematikan semacam kalajengkin atau laba-laba atau racun ini punya pemaknaan yang berbeda. Namun dari cerita guru-guru Thifan Pokhan, apabila pukulannya sudah terlatih maka dapat mengalirkan Daht atau mungkin mirip dengan Chi atau Ki pada beladiri lain. Dimana pukulan yang telah dapat mengalirkan Daht itu pada saat ditimpakan ke obyek, misalnya pohon maka dapat membuat pohon itu rusak seketika seperti hangus. Wallahu a'lam, disini ada tambahan lagi jika aliran tenaga Daht ini dapat berupa Daht panas ataupun dingin yang membuat dampak terhadap obyek dihantamnya berbeda kerusakannya.
Itulah sekilas mengenai Thifan Pokhan, penulis tidak mengikuti lagi perkembangan terbarunya terakhir. Tetapi memang beladiri tersebut sempat terpecah menjadi beberapa perguruan, salah satunya adalah perguruan Tsufuk yang dapat diartikan sebagai Tikus Pemangsa dari gurun Turkistan sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H