Perisai yang dipakai oleh Pepadu sekarang tidak lagi memakai perisai tembaga yang cukup berat tapi sudah diganti dengan perisai yang terbuat dari kulit kerbau tebal dan dinamakan Ende. Ende biasanya berbentuk persegi empat yang agak panjang hampir seukuran badan si Pepadu. Kostum yang dipakai oleh para Pepadu hanya mengenakan kain ikat kepala dan kain khas Lombok yang diikatkan dipinggang seperti sabuk pinggang, dimana bagian atas tubuh si Pepadu tidak bertelanjang dada tidak mengenakan baju sama sekali.
Pertarungan Peresean pasti dipandu oleh dua atau tiga orang wasit yang dinamakan Pakembar, dengan posisi mereka satu didalam arena dan satu lagi diluar arena untuk mengawasi. Tapi dapat juga Pakembar dibagi menjadi mereka yang memilih calon Pepadu yang dinamakan Pakembar Sedi sedangkan wasit yang langsung menjadi penengah didalam arena disebut juga Pakembar Tengah. Mengapa ada Pakembar Sedi? Karena calon Pepadu biasanya bukanlah petarung yang sudah mempersiapkan dirinya dahulu seperti pada turnamen beladiri pada umumnya namun mereka dapat dipilih secara acak oleh Pakembar Sedi atau mengajukan dirinya untuk ikut serta dalam pertarungan Peserean ini. Aturan main setelah dilangsungkan pertarunagnnya didalam Peresean juga telah dimodifikasi sesuai zaman modern ini hanya membolehkan sasaran serang pada bagian atas tubuh seperti badan, pundak, bahu, dan kepala sedangkan bagian bawah tubuh seperti paha kebawah dilarang untuk dipukul.
Karena pertandingan Peresean sudah dianggap hiburan warga dan untuk menambah menarik para wisatawan atau tamu kehormatan yang memang diundang untuk melihat pertarungannya maka pelaksanaannya sering disertai alunan alat musik tradisional agar menjadi lebih atraktif dan tidak terkesan monoton, apalagi jika para penonton juga sering berteriak menyemangati Pepadu favoritnya masing-masing.
Itulah bagaimana kekhasan Peresean sebagai suatu beladiri tongkat tradisional khas Pulau Lombok yang keberadaan wajib untuk dilestarikan oleh semua pihak di negeri ini karena merupakan kearifan lokal yang patut dibanggakan oleh generasi penerusnya, termasuk kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H