Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Manfaat Biofortifikasi Pangan untuk Mengurangi Angka Stunting

18 Oktober 2022   11:00 Diperbarui: 18 Oktober 2022   11:04 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Apabila kita melihat kondisi badan anak-anak kita tentu sangat bervariasi tinggi badannya, kenyataan seperti itu semakin jelas terlihat jika melihat di sekolah mereka. Variasi perbedaan tinggi badan itu bisa terjadi karena faktor genetika, selain itu ada juga faktor yang tidak kalah penting yaitu asupan gizi yang didapatkan anak-anak sejak masa balita mereka. Asupan gizi yang diberikan kepada anak tidak sama disebabkan banyak faktor, bisa karena kemampuan finansial setiap orang tua yang berbeda ditambah kurangnya edukasi dan informasi para orang tua akan asupan gizi apa saja yang perlu diberikan kepada anak-anak mereka.

Stunting menurut Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah usia lima tahun (balita) akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Stunting ditentukan oleh indeks antropometri yang memanfaatkan data panjang badan berdasarkan umur untuk anak usia dibawah 2 tahun dan menggunakan data tinggi badan berdasarkan umur untuk anak usia 2 tahun ke atas.

Angka kejadian stunting di Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 24,4 persen, suatu prestasi yang cukup bagus karena telah berhasil menurunkan angka kejadian stunting dari yang sebelumnya mencapai 30,8 persen pada tahun 2018 dan 37,2 persen pada tahun 2013. Namun pengurangan jumlah angka kejadian stunting tidak boleh membuat kita cepat berpuas diri karena Indonesia sampai saat ini masih menjadi negara kedua tertinggi di Asia Tenggara dan menempati urutan ke 108 dari 132 negara berdasarkan data dari Global Nutrition Report. Oleh karena itu pemerintah Indonesia menargetkan pada tahun 2024 angka stunting diharapkan sudah mencapai 14 persen.

Tingginya angka kejadian stunting di Indonesia bisa jadi merupakan pekerjaan rumah yang sangat penting bagi kelangsungan masa depan suatu bangsa karena mempengaruhi kualitas generasi penerus yang akan memimpin bangsa ini di masa yang akan datang. Anak-anak kita membutuhkan makanan yang mengandung gizi yang lengkap dan itu dapat bersumber dari bahan pangan yang diimport dari negara lain atau yang telah dibudidayakan oleh para petani kita. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa cukup banyak produk makanan bergizi tinggi itu diimport dari negara lain, namun hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa pada masa yang akan datang produk pertanian dalam negeri tidak kalah kandungan nilai gizinya dibandingkan produk-produk negara lain sehingga jika dikonsumsi oleh anak-anak kita maka dapat memenuhi kebutuhan asupan gizi yang dibutuhkan mereka.

Peningkatan kandungan nilai gizi terhadap suatu produk pangan dapat dilakukan dengan cara fortifikasi pangan. Fortifikasi pangan ini merupakan proses penambahan mikronutrien seperti vitamin pada makanan supaya dapat mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Ide fortifikasi pangan ini muncul karena banyaknya kasus kekurangan gizi di masyarakat, termasuk yang dialami oleh anak-anak. Program ini kemudian menjadi salah satu cara pemerintah untuk mengintervensi pemenuhan gizi masyarakat dan mengurangi defisiensi zat gizi serta dampak negatifnya.

Fortifikasi pangan dibagi menjadi empat metode, yaitu sebagai berikut:

  • Biofortifikasi, membudidayakan tanaman dengan peningkatan nilai nutrisinya dengan cara pemuliaan selektif konvensional dan modifikasi genetik modern;
  • Biologis sintetis, menambahkan bakteri pro biotik pada makanan;
  • Fortifikasi komersial dan industri
  • Fortifikasi rumah, seperti vitamin D tetes dan suplemen zat besi.

Biofortifikasi menjadi salah satu metode yang dapat dilakukan, dimana metode ini merupakan proses penambahan dan/atau peningkatan kualitas nutrisi dalam tanaman bahan pangan sebelum tanaman tersebut diolah atau dikonsumsi secara langsung, bahkan prosesnya dapat dilakukan sebelum tanaman bersangkutan dipanen.  Salah satu contoh dilaksanakannya biofortifikasi pangan adalah peningkatan kandungan zat besi, zinc, dan beta karoten pada beras yang dinamakan Golden Rice oleh International Rice Research Institute atau IRRI di Filipina.  

Keunggulan biofortifikasi pangan terhadap tanaman antara lain adalah:

  • Biaya yang relatif efisien;
  • Mudah untuk dilakukan;
  • Dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap gangguan hama penyakit;
  • Dapat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang;
  • Dapat meningkatkan produksi pangan yang kaya akan mineral;
  • Dapat mengurangi kemungkinan defisiensi pangan karena pengolahannya; dan
  • Dapat meningkatkan zat gizi mikro pangan pada tanaman sejak tahap pembudidayaannya.

Sedangkan kelemahan biofortifikasi pangan antara lain adalah:

  • Dapat berisiko pencemaran lingkungan apabila kurang tepat pelaksanaannya;
  • Belum banyak penelitian terkait keamanan pangan hasi biofortifikasi terhadap kesehatan manusia; dan
  • Pembudidayaan tanaman dengan cara biofortifikasi belum lumrah diterima masyarakat sehingga memerlukan penyuluhan intensif terlebih dahulu.

Dengan adanya keunggulan dan kelemahan dari pembudidayaan tanaman biofortifikasi maka dapat dicermati bahwa program biofortifikasi tetap mempunyai peluang yang besar untuk meningkatkan kandungan gizi pada bahan makanan yang selanjutnya diharapkan dapat mengurangi angka kejadian stunting di Indonesia. Diharapkan kedepannya pemerintah dan pihak-pihak terkait dapat memperbaiki kelemahan terhadap pembudidayaan biofortifikasi agar manfaat yang diperoleh dari pembudidayaan biofortifikasi tanaman pangan dapat menjadi salah satu opsi terbaik untuk mengurangi angka kejadian stunting pada anak-anak Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun