Kekerasan tak berujung
Setelah mendengar dan melihat perkembangan pemberitaan tentang kasus penyiksaan para pembantu rumah tangga (PRT) oleh istri purnawirawan jenderal di Bogor akhir-akhir ini, rasanya miris hati ini. Bagaimana tidak orang yang seharusnya mengucapkan rasa terima kasih karena sudah diringankan beban hidupnya, dibantu pekerjaannya malah berbuat kasar dan keji terhadap para PRT ini. Alih-alih mendapatkan upah yang layak, bogem mentah yang didapat. Apalagi kita sebagai orang yang sebangsa dan setanah air harusnya lebih berperasaan jika dibandingkan dengan orang yang beda bangsa dan negara. Para PRT kan juga manusia yang butuh kasih sayang, butuh belas kasihan, butuh perhatian seperti engkau wahai para majikan. Kasus demi kasus kekerasan terhadap para PRT baik di dalam negeri maupun di luar negeri makin hari makin menggila. Banyak kasus kekerasaan terhadap PRT yang tak terselesaikan. Banyak kekerasan yang menimbulkan cacat permanen, bahkan tak sedikit yang merenggut nyawa. Di mana hati nuranimu wahai majikan? Di mana perasaanmu wahai orang kaya?
Tengoklah berapa ribu kasus yang terjadi kekerasan terhadap PRT atau TKW di luar negeri. Sebut saja kasus kekerasan para TKW yang terjadi di Taiwan, Hongkong, dan Neger Arab seperti Arab Saudi, Yaman, dsb. Sungguh kejam mereka para majikan memperlakukan saudara-saudara kita bak seperti binatang. Sudah berapa banyak saudara kita yang dibunuh, diperkosa, disiksa? Saya yakin masih sampai detik ini masih banyak kasus kekerasan terhadap para pembantu rumah tangga (PRT) yang terjadi, bahkan mungkin banyak kasus yang tak terungkap ke permukaan. Saya hanya bisa berdoa semoga engkau para PRT segera terbebaskan dan engkau para majikan segera tersadarkan.
PRT makin susah dicari
Bagi keluarga muda yang hidup di perkotaan dan mempunyai anak balita lebih dari 1 seperti saya pastinya membutuhkan assisten rumah tangga atau pembantu rumah tangga (PRT) untuk membantu meringankan pekerjaan rumah sehari-hari. Mulai dari memasak, mencuci pakaian, mengepel lantai dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Sayang permintaan dari para peminat PRT dengan jumlah pekerja yang mau jadi PRT tidak berbanding lurus, malah sebaliknya. Semakin hari semakin banyak keluarga yang menginginkan adanya PRT di rumahnya -- apalagi kelas masyarakat ekonomi menengah semakin banyak --- namun, semakin sedikit orang yang mau bekerja menjadi PRT. Sesuai kemajuan zaman, profesi ini mulai dianggap pekerjaan yang memalukan, karena gengsi masyarakat saat ini lebih penting daripada faktor lainnya. Lebih baik kerja jadi buruh di pabrik daripada kerja jadi PRT, padahal kerja jadi buruh di pabrik jika melihat dari penghasil yang didapat dan pengeluaran untuk biaya hidup kadangkala tidak sebagus dari penghasilan yang didapat oleh PRT. Selain faktor gengsi adalah faktor pendidikan. Masyarakat sekarang jauh lebih melek pendidikan dibandingkan masa orde baru misalkan. Meskipun biaya pendidikan makin hari makin mahal tetap saja antusiasme masyarakat untuk meningkatkan derajat pendidikan makin besar. Hal ini tentu sesuatu yang pantas dibanggakan. Karena masyarakat mulai sadar bahwa dengan pendidikan, harkat dan martabat diri dan keluarga bisa terangkat, dengan pendidikan bisa menjauhkan diri dari kemiskinan. Karena itu tidak heran jika saat ini banyak diantara kita yang kesulitan untuk mencari PRT untuk membantu pekerjaan rumah tangga kita, tapi dilain sisi masih saja ada orang yang berbuat zhalim terhadap mereka.
Profesi PRT dijadikan lahan bisnis
Tidak bisa dipungkiri bahwa diantara masyarakat ekonomi kelas bawah masih saja ada beberapa yang berpikiran bahwa pendidikan kurang penting, yang terpenting bagaimana ekonomi keluarga membaik. Banyak diantara orang tua yang memaksakan anaknya jika lulus setingkat SMP lekas-lekas membantu orang tua untuk mencari pekerjaan. Bahkan tidak sedikit dari orang tua yang memaksakan anaknya untuk membantu mencari nafkah meskipun meninggalkan bangku sekolah. Akhirnya segala jenis pekerjaan apapun bisa dilakukan yang penting ada hasil meskipun tidak memerlukan skill tertentu. Salah satu pekerjaan yang tidak memerlukan skill tertentu adalah pembantu rumah tangga (PRT). Melihat peluang ini, banyak diantara orang yang mau menggambil untung dengan menjadi agen penyalur PRT.
Sayang, tidak sedikit para agen penyalur tenaga PRT ini yang mengambil keuntungan sepihak. Seolah-olah para PRT ini dijadikan barang dagangan dan sapi perah untuk meraup untung. Bagi anda yang pernah mengambil PRT dari agen penyalur pasti harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk bisa mendapatkannya. Kalau orangnya akhirnya betah dan bisa bekerja dengan baik sih tidak masalah buat kita, tetapi jika hanya betah satu atau dua bulan lalu minta dipulangkan, atau malah menggelapkan harta majikan, apa tidak repot? Bahkan banyak ditemukan agen penyalur yang merupakan sindikat kejahatan. Mereka senggaja menyalurkan orang-orang untuk melakukan tindak kejahatan kepada para majikannya.
Sadarlah bahwa PRT juga manusia
Terlepas dari para pekerja rumah tangga yang tidak baik, atau tidak benar sudah seharusnya kita memperlakukan para pembantu rumah tangga ini sebagaimana mestinya. Kita perlu sadar bahwa mereka juga sama seperti kita, mempunyai perasaan, mempunyai keinginan dan mempunyai harapan. Mereka adalah manusia bukan hewan piaraan atau barang mainan. Mereka bekerja menjadi PRT saya yakin bukanlah pilihan hidupnya, mereka menjadi PRT sebenarnya bukan kemauannya. Karena faktor ekonomi atau lainnya lah yang memaksa mereka melakukan itu. Jangan kau anggap mereka itu adalah budak sebagaimana pandangan orang-orang Arab Jahiliyah. Sudah sepantasnya bagi para majikan memenuhi hak dan kewajibannya karena tanpa mereka hidup para majikan pasti akan kesusahan. Bagaimana perasaan engkau para majikan saat ditinggalkan seperti musim lebaran? Payah bukan? Nyuci baju, nyuci piring, ngepel, atau pekerjaan rumah tangga lainnya harus dikerjakan sendiri. Mari kita luruskan pandangan kita terhadap para PRT kita, kita hargai mereka, kita sayangi mereka, kalau perlu anggaplah seperti saudara. Semoga tidak lagi terjadi kekerasan yang menimpa para pekerja rumah tangga ini. Amien
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H