Mohon tunggu...
Muhammad Arifin
Muhammad Arifin Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta yang punya perhatian di bidang dakwah, pendidikan dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banyak Developer Pembohong di Depok!

4 Februari 2014   15:30 Diperbarui: 4 April 2017   17:21 3879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1391514796825448327

[caption id="attachment_320391" align="aligncenter" width="523" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Bagi setiap orang yang sudah berkeluarga kebutuhan rumah adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, karena rumah adalah tempat berkumpul anak, istri, dan keluarga kita. Rumah yang nyaman dan aman adalah idaman setiap orang, meskipun rumah kecil tapi aman dan nyaman tentu lebih baik jika dibanding dengan rumah besar tapi tidak aman dan rawan kejahatan. home sweet home begitu pepatah mengatakan. Bagi masyarakat urban kebutuhan rumah milik sendiri membutuhkan effort yang lebih jika dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan. Terlebih orang yang tinggal di kota Megapolitan seperti di Jakarta. Untuk mendapatkan sebuah rumah itu membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama, bahkan tidak sedikit orang yang sudah bertahun-tahun berumah tangga atau malah sampai tua belum punya rumah sendiri, masih ngontrak atau malah numpang di rumah mertua. Kesulitan dan kepayahan masyarakat urban ini seringkali tidak dipahami atau malah dimanfaatkan oleh segelintir orang, lebih tepatnya pengembang. Banyak pengembang yang menawarkan sebuah perumahan yang aman, nyaman, murah dan bebas banjir, begitu biasa bahasa iklan-iklan yang dipajang di sepanjang jalan, khususnya di daerah pinggir Jakarta. Bodetabek sebutan dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi merupakan wilayah yang mengelilingi Kota Megapolitan Jakarta. Wilayah penyangga Ibukota ini lah yang menjadi ladang buat para developer property, khususnya perumahan buat para pekerta yang berkantong pas-pasan. Kenapa wilayah Bodetabek menjadi area pemukiman bagi warga yang bekerja di Ibukota? karena di area DKI Jakarta selain mahal, lahan untuk pemukiman baru hampir tidak ada. Bagi anda yang belum punya rumah atau berencana membeli rumah baik cash keras, cash bertahap atau KPR, alangkah baiknya berhati-hati dengan memikirkan untung ruginya dalam menentukan pembelian rumah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sebuah rumah, selain harga yang terjangkau, lokasi yang strategis, yang tak kalah penting adalah reputasi developer. Saat ini dengan semakin banyaknya kompetitor di antara developer, maka kecurangan dan kebohongan seringkali menjadi jalan pintas buat para developer nakal dalam meraup untung. Banyak cara "keji" yang dilakukan supaya barang dagangannya laku mulai dari ketidaksesuaian antara spek yang dijanjikan di brosur dengan kenyataan di lapangan, kepalsuan sertifikat hak milik, atau tanah yang bermasalah dsb. Karena itu sebelum anda menyesal di kemudian hari alangkah baiknya hal-hal di atas perlu anda perhatikan betul. Terlebih reputasi developer, alangkah baiknya sebelum anda memutuskan untuk menjatuhkan pilihan cari info tentang reputasi developer, bisa dengan cara bertanya kepada penghuni yang sudah ada, atau browsing di internet atau yang lainnya. Kenapa tulisan ini sampai saya tuliskan di Kompasiana, karena hal ini terjadi pada saya dan saya harapkan tidak terjadi buat para calon pembeli. Saya waktu itu beli rumah di daerah Sawangan Depok tepatnya di Sawangan Village. Jika anda melintas dari Depok ke arah Parung, tepatnya di dekat Tugu Batu Sawangan, maka akan terlihat Perumahan Sawangan Village. Sekilas jika memperhatikan dari tampak gerbang perumahan ini adalah perumahan elite, perumahan mahal dan prestige tetapi ternyata managemen dan developernya bermasalah. Saya sendiri juga terperdaya saat pertama kali memasuki kantor marketing yaitu pada tahun 2009. Padahal saat itu sudah berpuluh-puluh perumahan yang saya datangi tetapi tidak satupun yang memikat hati. Nah saat menemukan perumahan ini dan saat itu juga saya langsung kepincut dan memutuskan tanpa pikir panjang, bahkan istri saya pun tercengang. Kekhawatiran istri itu akhirnya terjadi juga, geliat ketidakberesan pengemban dan perumahan ini makin lama makin mengkhawatirkan. Mulai dari janji serah terima kunci yang molor hampir 2 tahun, surat-surat yang bermasalah, tanah yang belum pecah kavling, ketidaksesuaian spek konstruksi, hingga keamanan yang mengusik warga. Akhir-akhir ini bahka sering adanya kejadian kemalingan. Bagaimana mau aman, sistem cluster yang seharusnya ada pengamanan pagar komplek, gerbang dengan sistem keamanan yang ketat tidak dilakukan. Dialog antara warga dan developer sudah kesekian kali dilakukan bahkan melibatkan Lurah, aparat keamanan (Polsek, Koramil dsb), akan tetapi tidak ada hasilnya. Hanya janji-janji kosong yang didapat. Karena kegeraman dari warga , maka warga saat ini memasang beberapa spanduk yang tertuliskan penuntutan warga di area komplek, mungkin nanti bisa-bisa ke ranah hukum jika mungkin. Dari obrolan saya dengan warga komplek sekitar lainnya ternyata masing-masing komplek mempunyai masalah yang serupa, intinya para developer tidak jujur, bohong, dan tidak menghargai susah payangnya perjuangan konsumen untuk mendapatkan sebuah rumah untuk keluarganya. Tidak menghargai setiap tetesan keringat yang harus memenuhi tagihan tiap bulan angsuran KPR. Semoga pihak-pihak yang terkait khususnya pemerintah daerah aware terhadap permasalahan ini dan tidak mudah memberikan ijin bagi developer nakal. Buat konsumen/calon konsumen bisa berhati-hati sebelum menentukan pilihannya. *[M.Arifin/Ayahanif]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun