Mohon tunggu...
Adi Dibyo
Adi Dibyo Mohon Tunggu... Guru - Guru BK SDI Makarima Kartasura dan Konsultan inklusi

Suka dengan yang namanya Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memahami Burnout pada Autis

1 Juni 2024   09:30 Diperbarui: 1 Juni 2024   09:35 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://embrace-autism.com/autistic-burnout/

Memahami Burnout pada Anak Autis: Tantangan dan Solusi


Burnout adalah kondisi yang sering dialami oleh anak-anak autis, yang ditandai dengan kelelahan mental, emosional, dan fisik. Anak-anak autis menghadapi tantangan unik dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menyebabkan mereka merasa terlalu banyak beban. Kita akan menjelaskan sedikit apa itu burnout pada anak autis, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta solusi yang dapat membantu mengatasi masalah ini.


Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout pada anak autis meliputi stres sosial, isolasi sosial, dan tekanan akademik. Stres sosial dapat berasal dari interaksi dengan orang lain yang tidak memahami kondisi mereka atau dari tekanan untuk beradaptasi dengan norma sosial yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

Isolasi sosial juga dapat menjadi faktor peningkat risiko burnout karena anak-anak autis sering kali merasa terasing dari teman sebaya dan masyarakat di sekitar mereka.
Tekanan akademik juga merupakan faktor penting dalam burnout pada anak autis. Sistem pendidikan sering kali tidak memenuhi kebutuhan khusus anak-anak autis, sehingga mereka merasa terlalu banyak beban untuk mencapai kesuksesan akademik.


Untuk mengatasi burnout pada anak autis, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan perubahan dalam lingkungan sekolah dan rumah tangga serta dukungan emosional dan psikologis. Pendidikan inklusif dapat membantu anak-anak autis merasa diterima di lingkungan sekolah tanpa harus merasa terbebani oleh tekanan akademik.

Selain itu, penting untuk memberikan dukungan emosional kepada anak-anak autis agar mereka dapat mengelola stres dan isolasi sosial. Terapi perilaku conductive education (TPE) adalah salah satu pendekatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun