Aku benci pertemuan, aku benci pertemuan kita, aku benci kamu, aku benci duniaku. Jika saja hari itu kita tidak bertemu, aku tidak akan menjadi manusia sesakit ini. Aku selalu berharap setiap hari agar kamu menjadi labuan terakhirku, ternyata kamu hanya tempat singgah sesaat sebelum aku menghadapi sakit sakit yang lain. Mungkin bagi orang lain atau bahkan kamu ini hanya masalah kecil yang gampang untuk dilupakan, tapi bagiku ini adalah suatu hal yang terlalu sakit untuk dirasakan, ntah akunya saja yang terlalu mendalami peran atau memang kamunya yang benar benar jahat. Aku ingin menutupi semua rasa sakit ini dengan hal yang berkesan, tetapi setiap hal yang aku lakukan setelah tanpa kamu, semuanya menjadi hampa dan sia sia bahkan aku menjadi seseorang yang tidak tau tujuan, aku menjadi seseorang yang tidak tahu arah. Mungkin jika tuhan memberiku dua pilihan, mati atau mengulang masa lalu, aku akan memilih mengulang masa lalu dan menolak ajakanmu untuk bertemu agar aku tidak hidup dengan rasa sakit yang aku rasakan sekarang. Kamu orang ter egois yang pernah aku kenal, jika kamu mau pergi silahkan, tapi setidaknya kamu berpamitan dulu, ternyata kata yang sulit diucapkan tidak hanya maaf dan terimakasih, tetapi berpamitan juga susah untuk kamu ucapkan.
Ini dariku, Ayaa wanita yang pernah kamu bahagiakan dulu sebelum akhirnya dijatuhkan kembali, untukmu dunia ku yang selalu aku harapkan untuk kembali meski akhirnya aku tidak bisa bersamamu lagi. Selamat berlayar pria tampanku, semoga kamu menemukan rumah ternyaman untuk singgah. aku pergi untuk selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H