Gambar : Detik
Di musim haji 1436 Hijriah ini telah terjadi dua musibah besar yaitu tragedi Crane Jatuh di masjidil Haram 11 September 2015 dengan korban ratusan Jemaah diantaranya 53 jamaah Indonesia termasuk 11 orang wafat, dan tragedi Mina tanggal 24 September 2015, dengan korban ratusan orang dan wafat 717 orang, diantaranya 769 jemaah Indonesia termasuk 34 orang dinyatakan wafat.
Khusus untuk tragedi Mina ini ada 4 versi penyebabnya yakni :
- Versi Pemerintah Arab Saudi
Ada Jemaah yang datang dengan bus di luar waktu yang ditentukan, kemudian masuk ke jalur 204 sehingga ada jumlah berlebih, dan juga ada Jemaah berlawanan arus
- Versi Kepala Urusan Haji Iran
Ada dua jalan dekat lokasi kejadian yang ditutup tampa alasan yang jelas sehingga Jemaah menumpuk di jalur 204.
- Versi saksi mata Bashaar Jamil, dari London
Jalur keluar dari lokasi lempar jumrah penuh sesak karena terowongan keluar ditutup oleh otoritas setempat sehingga Jemaah yang masuk dan keluar melalui terowongan yang sama
- Saksi Mata Juhdi Ibrahim, dari Indonesia
Kekacauan di Jalur 204 karena ada sekelompok Jemaah diduga asal Afrika berbalik arah dan berjalan melawan arus.
Berdasarkan fakta korban meninggal selalu berulang dari tahun ketahun, pada tahun 2006, Pemerintah Arab Saudi telah mengundang Pakar dari Universitas Teknik Dresden, dan berdasarkan hasil simulasinya Helbing dan Johansson, memberikan rekomendasi bagaimana agar kerumunan jemaah di kompleks jamarat bisa mencair sebelum mencapai titik berbahaya.
Untuk itu pemerintah Saudi telah memasang ribuan kamera, dan memasang aplikasi CrowdVision di pusat kendali yang mampu menganalisis rekaman video dan memberi peringatan jika konsentrasi Jemaah sudah kelewat padat dan mendekati kondisi berbahaya.
Untuk mencegah tidak terkonsentrasinya jumlah Jemaah yang besar disuatu waktu, pemerintah Saudi meminta Universitas Teknologi Dresden, mengatur jadwal kapan Jemaah bisa melempar jumrah, dengan membagi seluruh Jemaah menjadi puluah ribu grup dengan masing2 terdiri dari 100 orang.
Dengan aplikasi tersebut, dengan infrastruktur yang mendukung, maka selama beberapa tahun kemudian, tragedi besar di Mina bisa dikendalikan, hingga baru terjadi lagi di tanggal 24 Septermber 2015 yang lalu.