Kuch-Kuch Hota Hai (1998), Kal Ho Naa Ho (2003), Kabhi Kushi Kabhie Gham (2001) sederet film legendaris Bollywood yang bertemakan cinta. Uniknya dari sederet film genre romantis tersebut, tak satupun yang luput dari peran aktor pesohor Shah Rukh Khan. Boleh dikatakan bahwa aktor ini merupakan "King of Romance" tatkala namanya mulai naik daun setelah membintangi film romantis Dilwale Dulhania Le Jayenge (1995). Film-film romantis yang dibintangi olehnya tak pernah gagal memikat hati para penonton. Dalam sederet film romantis yang Khan bintangi, tidak lepas dari peran produser pesohor Yash Johar beserta rumah produksi miliknya Yash Raj Film.
Pada satu sisi, dominasi genre romantis dalam industri perfilman Bollywood, menyuguhkan hiburan yang 'berbeda' pada para penonton. Ketika gaya hidup glamour dan kisah cinta romantis happy ending ditunjukan dalam adegan-adegan film. Keindahan tersebut hanya dapat dirasakan penonton lewat visual semata karena berbanding terbalik dengan realita kehidupan nyata, sehingga mereka betah berlama-lama menyaksikan film-film romantis yang durasinya lebih dari dua jam.Â
Mulailah fase "Demam Romantis" kala sang bintang naik daun memainkan perannya dalam film layar lebar, disaat yang bersamaan Industri Bollywood juga dikritik. Bollywood dianggap mengalami stagnasi dan krisis kreativitas karena alur cerita klise dan pemilihan aktor yang itu-itu saja. Tidak hanya itu, budaya Industri Bollywood juga dianggap semakin mengarah ke komersialisasi massa.Â
Pada sisi yang lain, kritik-kritik tersebut membuka peluang Bollywood untuk mengeksplorasi tema-tema yang lebih berani dan kontroversial seperti; isu sosial, politik, dan budaya. Sejatinya, ini mencerminkan adanya perubahan dalam pola pikir masyarakat. Ada keinginan untuk menghadapi masalah-masalah yang sebelumnya dianggap tabu. Film pemecah rekor box office Bollywood yang dibintangi Salman Khan berjudul Bajrangi Bhaijaan (2015) misalnya. Film tersebut mengandung kritik sosial terkait stereotype antar umat beragama di suatu daerah di India. Namun, film tersebut dibungkus dengan tema drama-komedi. Sebelumnya, film berjudul My Name is Khan (2010) yang dibintangi oleh Shah Rukh Khan dan Kajol juga membawa isu agama yang sekaligus menjadi kritik sosial.Â
Film tersebut mengisahkan tokoh utama yang mencari keadilan ketika Ia (Khan) karena beragama Muslim seringkali dianggap sebagai teroris. Film My Name Is Khan (2010) ini menjadi angin segar dalam perfilman Bollywood karena tema yang diusung serta didukung oleh aktor dan aktris pesohornya. Kedua film ini hanya satu banding sekian banyaknya film-film Bollywood yang mulai berkembang dengan membawa isu-isu kontroversial. Hal ini menandakan adanya pergeseran preferensi penonton. Khalayak tidak hanya menikmati tayangan-tayangan drama romantis, namun menjadi peka dengan isu-isu sosial, budaya, dan politik negaranya.Â
Sejauh ini, film Bollywood terlaris dengan pendapatan terbesar masih diduduki oleh film berjudul Dangal (2016) yang dibintangi oleh Amir Khan. Film tersebut merupakan adaptasi kisah nyata seorang pegulat asal India yang berhasil melatih anak-anak perempuannya untuk menjadi pegulat kelas dunia.Â
Hingga kini, industri Bollywood secara konsisten menghasilkan film-film penuh makna yang  menyertakan isu sosial didalamnya. Misalnya Mrs. Chatterjee Vs Norway (2023) yang membawa isu sosial tentang imigran dan film berjudul Jawan (2023) yang membawa isu politik pembongkaran kasus korupsi. Kedua film Bollywood yang tergolong masih segar ini sarat akan pesan untuk menghadapi realita dunia pada para penontonnya. Kini, industri perfilman India yang kita kenal dengan Bollywood tidak hanya terfokus untuk menghasilkan film-film bergenre drama romantis. Namun, isu sosial, politik dan budaya turut mewarnai sehingga fungsi industri sebagai cermin masyarakat dan alat untuk perubahan sosial berjalan beriringan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H