Mohon tunggu...
Axel Ajah
Axel Ajah Mohon Tunggu... -

hanya ingin berbagi dengan apa yang saya miliki....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cewek Murahan

26 Februari 2012   01:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:14 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1330218688727021173

ilustrasi gambar : dari mbah gogle...

Ini cuma sekedar kisah yang aku lihat dikeseharian, ada seorang perempuan yang dari kesehariannya terlihat ramah, baik hati dan berbusana sopan, tidak mengenakan rias wajah yang berlebihan. Mempesona, tertawa dan suara halusnya. Tetapi ternyata setelah lama diamati entah sudah jadi hobi atau hanya sekedar kelakar belaka saja menurut orang-orang dia terlalu dekat dan akrab dengan kumpulan kaum adam yang membuat ia dicap sebagai cewek murahan, gampangan, kok mau ajah, dan yang lain-lain oleh kaumnya sendiri.

Ini bukan pembicaraan tentang gender, agama, atau masalah hukum pornografi, hanya saja risih melihat ia di dekati secara berlebihan oleh para kaum adam di sekitarnya, tampak jelas tidak ada perlawanan, seolah ia menikmatinya juga dan justru memancing para penggodanya untuk melakukan hal-hal yang kurang (bukan tidak) pantas untuk lain waktu berikutnya. Tidak termasuk saya yang mendekati kelewat batas, tapi naluri tidak bisa bohong, saya menikmatinya dengan hanya melihat saja di kejauhan.

Mendengar teriakannya yang kami (kaum adam) artikan bahwa ia mau lagi di jelajahi bagian tubuhnya, bahkan yang lebih sensitif lagi. Bukan teriakan enggan dan ingin lari, seperti yang dilakukan seorang gadis jika disentuh baik secara sengaja atau tidak sengaja oleh lawan jenisnya. Ah, tapi yang jelas kadang-kadang menggodaku juga ingin ikut-ikutan menyentuhnya seperti teman-teman yang lain.

Yang tidak habis pikir, mengapa harus perempuan itu (yang diragukan keperawanannya), karena sikapnya yang begitu murahannya. Padahal ia tidak manis dan juga tidak cantik, ada perempuan-perempuan lain yang cantik dan manis namun sedemikian rupa mereka mampu menjaga harga (yang disebut murahan itu). Kalau dengan satu pria saja wajar, tetapi dengan semua pria dalam satu komunitas?

Acara minum kopi dan merokok pun menjadi ajang pembicaraan mengenai cewek murahan itu, yang juga sering disebut-sebut para teman-teman yang terhormat, berpendidikan dan para pekerja tangguh. Perempuan yang malang bagiku yang sering dijadikan ajang taruhan seberapa banyak dan seberapa sering kami mampu menyentuh dan mengenai bagian paling intim darinya. Tapi tampaknya kemalangan bukan miliknya karena ia tampak nyaman-nyaman saja selalu menjadi pusat perhatian pusat segala para penggoda dan penikmat sensasi belaka, lumayanlah kena-kena dikit juga. Bahkan belakangan semakin ekstrem karena pimpinan yang paling punya segala hormat pun ikut-ikutan terjerembab dalam perangkap manisnya namun menusuk itu. Ia tidak senang jika ada perempuan, gadis, cewek atau apapunlah namanya bersentuhan, bercengkrama atau melakukan sesuatu yang menurutnya agak intim, meski dengan pacar sendiri sekalipun. Ia akan senantiasa mengganggu dan berada di tengah-tengah adegan yang sedang berlangsung. Ia tak mau ada yang menjadi perhatian lain dari pihak laki-laki walapun hanya sekedar berbicara. Ia yang paling hebat, ia pusat perhatiannya, ia yang wajib pegang kendali. Padahal menurut kami (kaum adam) kamu tidak lebih dari sekedar sampah, yang lumayanlah masih bisa didaur ulang, sayangnya bukan untuk suatu manfaat, tetapi hanya kesenangan semu belaka dan keterpaksaan kami ditengah kesulitan mencari sumber lelucon.

Perempuan yang aku sebut sebagai cewek murahan semoga kamu menyadari betapa banyak yang manfaatkanmu hanya sebagai bahan guyonan, semoga kelak kamu dapat berubah menjadi lebih terhormat dan menjaga harga diri dengan tak ternilai dan bukan untuk dijual atau ditunjukkan. Semoga waktu dapat mendewasakan kamu dalam bersikap bukan lagi menjadi pelampiasan semata. Dan tak perlu menyesal jika kamu menikmatinya, kamu hanya perlu mengubah sedikit cara pandang kami. Carilah seorang yang hanya satu-satunya untuk memuasakan segala keinginanmu menikmati sentuhan-sentuhan itu. Jangan pancing pikiran negatif dan kami khususnya aku yakin bahwa kamu juga sebenarnya ingin menjadi lebih terhormat lagi. Percayalah terhormat itu jauh lebih mulia daripada menjadi guyonan semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun