Kemampuan berbicara yang baik menjadi salah satu kunci untuk meraih masa depan. Melihat kompetensi berbicara sebagai sebuah kompetensi yang tidak penting akan menjadi batu sandungan untuk ikut berperan dalam kehidupan yang terus berkembang mengikuti kemajuan zaman.Â
Berbicara dalam ranah keterampilan berbahasa menjadi keterampilan kedua setelah keterampilan menyimak, membaca, dan menulis. Jika kemampuan ini dipandang sebagai sebuah kesatuan maka penguasaan keterampilan berbicara akan turut mempengaruhi penguasaan keterampilan yang lain. Â
Secara garis besar menurut Tarigan dalam buku Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa berbicara dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain berbicara di depan orang banyak, berbicara di dalam situasi yang bersifat informatif (informative speaking, pewara), berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan (fellowship speaking), berbicara dalam situasi-situasi rundingan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking).
Melihat pentingnya kompetensi ini maka kalangan akademisi memaknaninya sebagai sebuah peluang untuk melaksanakan pengabdian berbentuk pelatihan kepada masyarakat yang merupakan bagian dari tri dharma perguruan tinggi.Â
Tim Pengabdian yang terdiri dari Ahsani Taqwiem, Lita Luthfiyanti, dan Sri Annisa dengan dukungan Program Wajib Mengabdi Universitas Lambung Mangkurat tahun 2022 menyepakati kegiatan terkait pengembangan kompetensi berbicara di sekolah. Kompetensi berbicara yang disepakati diambil dengan memperhatikan kebutuhan para siswa sehari-hari. oleh karena itu, materi yang diberikan sebagai bahan pelatihan adalah materi terkait menjadi pewara atau pembawa acara.Â
Pewara atau pembawa acara adalah adalah satu jenis keterampilan berbicara dimana pelaku berbicara menyampaikan sejumlah informasi tentang tata urutan sebuah acara kepada orang lain dengan wicara (cara berbicara), wirama (irama dalam berbicara), wirasa (perasaan), dan wiraga (sikap badan) yang baik. Pembawa acara menjadi bagian integral yang tidak terpisahkan dari suksesnya sebuah acara. Â
Begitu banyak acara seperti acara kenegaraan, pertemuan resmi, kunjungan kerja, audiensi, penerimaan tamu, perjamuan, lokakarya, workshop, konferensi, memorandum of understanding (MoU), dan dan seminar yang menuntut kemampuan pewara yang baik dan ideal sehingga sebuah acara dapat berlangsung lancar dan sesuai rencana.Â
Menjadi seorang pewara yang baik tentuk saja memerlukan proses. Pelatihan yang baik diharapkan dapat membantu para siswa untuk melatiha dirinya siap dan berani saat menjadi seorang pewara dalam berbagai situasi.Â
Para siswa khususnya di SMAN 2 Banjarmasin terlihat masih kesulitasn menguasai kompetensi pewara karena berbagai kendala misalnya kurangnya pengalaman terkait dunia pewara, kurangnya rasa percara diri, serta penguasaan aspek kebahasaan yang belum memadai. Melihat hal ini maka pelaksanaan pengabdian dibagi  menjadi dua sesi yaitu sesi pemberian materi yang sifatnya teoritis serta sesi praktik yang sifatnya memberikan ruang bagi siswa mengasah kemampuannya dalam membawakan sebuah acara.Â
Pelaksanaan kegiatan pelatihan terbilang lancar dan sukses. Hal ini tidak terlepas dari andil semua pihak yang terlihat baik dari sekolah maupun dari pihak kampus. Siswa yang mengikut pelatihan terlihat sangat antusias dan menyimak materi yang diberikan. Sesi praktik juga mereka ikuti dengan penuh semangat. Keinginan untuk mencoba menjadi pewara dalam berbagai jenis acara membuat banyak siswa yang ikut mencoba berdiri di depan kelas mempraktikkan susunan acara yang sudah mereka rancang dalam sesi teori.Â