Hidup jadi mahasiswa banyak hal yang dipelajari, apalagi mahasiswa perantauan. Memasuki daerah yang belum pernah kita datangi sebelumnya harus pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan. Terkadang kebiasaan di daerah kita tidak bisa diterapkan di daerah tersebut.
Seorang perantau tanpa disadari memegang nama daerah masing-masing. Jika prilaku buruk, maka itulah yang akan disimpan di dalam memori seseorang tentang prilaku daerah kita. Banyak yang cuek akan hal ini. Akibatnya, setiap ada perantau dari daerah tertentu yang sudah dicap sebagai daerah berprilaku buruk, maka sang perantau terkena imbasnya.
Pengalaman ini pernah saya alami ketika merantau ke Bangka. Ketika ditanya asal daerah saya, dan saya mengatakan bahwa saya berasal dari Medan, mereka langsung memandang saya secara serius penuh kehati-hatian. Ternaya yang ada di benak mereka bahwa orang Medan itu keras, pemarah, pandai bicara, sering buat onar, banyak preman, dsb. Saya yakin ini bukan salah mereka memandang saya seperti itu. Inilah pembelajaran melalui pengalaman. Mereka membaca prilaku seseorang melalui pegalaman. Apalagi tontonan televisi sering menayangkan bahwa orang brandal, preman itu bergaya layaknya orang Medan dengan logatnya yang kental dan khas. Tentunya itu menguatkan persepsi mereka tentang prilaku orang Medan.
Pada tulisan ini saya hanya mengingatkan, bahwa ketika kita keluar dari daerah kita, kita harus menjaga nama baik daerah kita karena itu adalah sumbangan terbaik bagi daerah kita. Kalau tidak bisa memberi makan jangan merusak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI