Tapi alasan yang paling sering saya terima kalau terlamba menjemput adalah karena isi bensin. Itu sih normal karena bisa saja terjadi sih. Tetapi kalau dalam seminggu kamu menerima lebih dari lima alasan yang sama karena isi bensin. Â Sepertinya janggal, kan? Tapi biarlah.
Kalau alasannya kedua yang paling sering saya terima adalah kesasar atau salah tempat. Saya tidak tahu kenapa ya ini bisa terjadi. Bisa karena gpsnya ngawur karena hpnya bermasalah atau karena memang belum bisa baca peta digital. Â Bahkan sampai hari ini, masih kejadian salah lokasi jemput.
Sebenarnya saya agak gemas melihat kendaraan yang muter muter nggak jelas mau kemana kalau mau menjemput saya. Â Kadang kelewatan, kadang belum sampai, atau masuk dari arah belakang rumah. Yang lebih parah GPS motornya dimatikan dan berhenti di satu titik, nggak bergerak kemana mana.
Akhirnya saya harus telepon supaya lebih cepat sampainyaÂ
"Bang, ada dimana ?"
"Ini sudah di nomor 18", balas mantap  driver ojek online.Â
"Masa?" Saya meragukannya takut salah membaca peta.
"Oo ya sudah, diam disitu ya" dan segera berjalan ke arah lokasi si pengemudi tadi.
Sambil hati sebenarnya agak berpikir, ini koq jadi saya menjemput ojek onlinenya ya.
Kalau situasi yang paling merepotkan sewaktu memesan ojek adalah kalau pengemudinya tidak dihubungi. Dulu sebelum ada fasilitas pesan, saya harus kirim pesan singkat. Kadang dibalas, kadang tidak. Â Kalaupun dibalas masih harus sabar lagi kadang cepat kadang lambat dibalas. Â Kadang kita harus lebih sabar saat menanti SMS dari pengemudi ojek online dibandingkan sama pasangan kita sendiri. Di sini kita memiliki rasa pengharapan yang lebih. #duh
Kalau tidak sabaran lagi, saya buru buru telepon, apalagi kalau nomornya sama operatornya dengan milik saya. Satu kali coba klik. Ada suara "telepon yang anda tuju tidak terdaftar". Lha akibat registrasi telepon selular maret 2018, kah? Jadi banyak banget yang nomornya hangus. Artinya orang Indonesia hebat, seorang driver ojek online punya lebih dari satu nomor.