Mohon tunggu...
Adrian Wonoto
Adrian Wonoto Mohon Tunggu... -

Seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hasil 53,15% vs Prediksi

23 Juli 2014   06:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:31 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum ini saya menulis dua artikel yang memprediksikan hasil akhir dari Pilpres 2014. Di artikel pertama (Survei, Quick Count, dan Siapa Yang Menang), saya prediksikan hasil akhir Jokowi-JK mendapat 52,75% dan margin kesalahan 0,5% berdasarkan 7 hitung cepat (Quick Count) dari lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK minus Populi Center. Lalu di artikel kedua (Jokowi Akan Menang 53,04%), saya prediksikan hasil akhir Jokowi-JK di 53,04% berdasarkan 80% suara lebih dari kawalpemilu.org dengan margin kesalahan 0,25%.

Ternyata hasilnya memang sesuai. Hasil akhir KPU 53,15% terpaut margin kesalahan kedua prediksi tersebut. Lalu apa artinya saya memang hebat bisa menebak angka hasil akhir?

Tentunya tidak sama sekali. Saya bukan pihak yang mengirim petugas pemantau TPS, dan saya juga bukan pembuat website kawalpemilu (kredit untuk Ainun Najib). Dan inilah inti dari mengapa saya menulis artikel ini sekarang: sekali lagi ingin saya katakan bahwa Quick Count dan survei itu bukan ilmu gaib. Selama data masuk adalah data yang bagus (acak dan representatif), dan metode pengolahan data sudah tepat (metode ilmiah statistik), maka hasil prediksi akan menjadi akurat! Dengan sedikit pengertian, saya bisa menentukan yang mana yang lebih merepresentasikan kenyataan dengan tepat.

Sekarang kita bisa menilai siapa yang paling akurat: PolTracking dan CSIS mendapat hasil terbaik (terpaut 0,22%), diikuti dengan SMRC (terpaut 0,24%). Indikator, Litbang Kompas, dan RRI masih terpaut margin kesalahan 1%, sementara CSIS salah prediksi diluar margin kesalahan. Yang terparah adalah Populi yang terpaut lebih dari 2 x margin kesalahan.

Dan saya rasa tidak perlu lagi saya komentari lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta.

Selain itu saya juga ingin mengapresiasi apa yang telah KPU lakukan. Walaupun pihak yang kalah menuding bahwa KPU tidak terbuka, kenyataannya terbalik 180 derajat: KPU ini sangat transparan. Setiap hasil di tiap TPS di unggah, dan bisa dicocokan setiap saat dengan apa yang sudah disaksikan saat penghitungan di tiap TPS (saya pribadi mengecek 2 TPS yang saya ambil foto tabulasinya). Jangan lupa bahwa, walaupun tidak 100% formulir C1 berhasil diunggah (98%), KPU me-scan hampir 2 juta dokumen! (460.000 TPS kali 4 lembar)

Apabila memang pihak yang kalah merasa bahwa hasil hitung mereka lebih akurat dari KPU (hasil dari 600.000 relawan PKS? Kemenangan Prabowo-Hatta 1,6%?), maka seluruh rakyat Indonesia menunggu agar mereka membuka seluruh hasil tabulasi mereka yang sampai detik ini masih tertutup, tidak seperti hasil KPU yang terbuka.

Tidak lupa juga apresiasi kepada Ainun Najib yang dengan situsnya kawalpemilu.org yang, walau dituduh merupakan penggiringan opini, mengawal hasil rekapitulasi KPU dan membuktikan ketepatannya sejauh data tersedia.

Semoga dengan episode demokrasi ini, kita semua dapat belajar mengenai survei, quick count, proses rekapitulasi KPU. Dan dengan pembelajaran ini, jangan sampai masyarakat meyakini sesuatu yang tidak berdasarkan realitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun