( dalam ruang pribadiku, February 2, 2010 at 2:00am)
Sejenak ku bercakap-cakap pada kehidupan..
"Wahai Kehidupan.. apakah yang ada di
depanku?
kemudian dia menjawab..
"itulah Kota Masa Lampau, amati dengan
baik"
Dan ku amati kesucian kata-kata
melayang-layang di sekitar jiwa yang menjerit dalam keputusasaan,
berdendang dengan harapan dan bayangan akan mimpi dalam kelamnya kehidupan
Kusaksikan istana impian yang dibangun oleh
kerinduan dan dihancurkan ketakutan..
sebuah Panggung kehidupan dengan Sang Hidup memainkan
fragmennya,
hingga Sang Maut tiba mengakhiri tragedinya.
Maka
itulah Kota Masa Lalu, sebuah kota yang jauh namun dekat; kasat mata namun
terlihat.
Lalu Sang Hidup berjalan di depanku dan berkata, "ikutlah AKU karena kita sudah sangat terlambat"
Kemudian ku bertanya kembali " sekarang kita
akan ke mana, "Wahai Sang Hidup"?
DIA kemudian menjawab " ke Kota Masa Depan
dimana Cinta dan Harapan t'lah menunggumu.."
Lalu aku berjalan bersamanya melewati lorong waktu dimana terdengar gelak tawa keangkuhan keegoisan dan dan caci maki yang ikut berputar disekitarnya.
ku bertanya lagi pada sang Hidup "dimanakah Cinta dan Harapan itu?"
sang Hidup tak menjawab, namun Ia hanya tersenyum dan semakin menarik tanganku melewati lorong waktu satu demi satu..semakin cepat..hingga langkahNya terhenti di depanku dan menoleh padaku seraya berkata :
"disinilah Cinta dan Harapan itu...bagikanlah sehingga mereka mempunyai Kehidupan,
tempat itu bernama: Kerapuhan, Keputusasaan, Jiwa yang papa, ..obatilah, dan engkau akan mendapatkan Cinta dan Harapanmu kembali....."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H