Apa kabar, apa kabar Kekasihku?
Apa kabar Penyejuk Hatiku?
Sungguh, jauh darimu adalah penderitaan
Sungguh, jauh darimu adalah kenestapaan
Hari hari yang kulalui tanpamu
Bagaikan layang layang terbang
Layang layang yang talinya terputus
Ia melayang layang bimbang
dan hanya mengikuti angin yang berhembus
Aku rindu hari hari bersamamu
Aku rindu nasehat nasehatmu
Aku pun sadar, aku telah menyia-nyiakannya dulu
Dan aku yakin, penyesalan takkan bisa mengulangi waktu
Duh, Kekasih Hati
O, Pelita Nurani
Sungguh, aku rindu
Serindu 'Rindu' merindukan 'Rindu'
Manusia mana yangg tak merindukan
Sosok tulus yang mempertahankan keikhlasan
Yang tak butuh sanjungan dan pujian
Yang selalu tabah saat suara sumbang membisingkan pendengaran
Demi Allah, air mataku mengalir mengiringi rindu
Air mataku menetes mengiringi do'a nan syahdu
Semoga Allah kembali mempertemukan kita
Sebelum pertemuan kita di alam yang berbeda
Dan semoga kita kelak bertemu di surga-Nya.
Âmîn.
* Puisi ini aku persembahkan untuk guruku tercinta, sang Penyejuk Hati, KH. Mukhlas Babakan Ciwaringin Cirebon.
Tarim, 25 Februari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H