Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... -

daniel agger on KASKUS.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Indonesia [Akan] Lebih Sehat dengan Bergotong-royong

1 Juni 2016   13:09 Diperbarui: 1 Juni 2016   13:16 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jujur aja, selalu pro dan kontra mendengar kata ini. Apalagi akhir-akhir ini, berita masalah pelayanannya lah, iuran nya naiklah, dan lain lainnya beredar di media di tiap tiap kota yang berbeda. Oke, saya langsung cerita aja pengalaman saya, memang bukan pengalaman saya tapi pengalaman didepan mata saya sendiri. Waktu itu sekitar tahun 2014an, saya bekerja di salah satu Bank BUMN. Unik jobdesk saya di sini, mendaftarkan peserta mandiri BPJS Kesehatan. Lho, kenapa ada di bank? Engga ngerti, tapi waktu itu emang suatu pengalaman yang menarik dengan pekerjaan ini. Mungkin karena biar ngga bolak balik kantor BPJS Kesehatan - Bank untuk membayar - terus balik lagi ke BPJS untuk pengambilan kartu, makanya ditempat saya di bank ini. Ngga perlu lama masa training saya, di ajar kan sama bagian kepesertaan BPJS Kesehatan di cabang daerah saya, saya langsung bisa mendaftarkan orang orang. 

Pada waktu itu, kita bisa mendaftarkan individu atau seorang saja untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan, dan juga ngga perlu nunggu 7 hari lalu 14 hari seperti sekarang. Beda dengan sekarang, kita harus mendaftarkan 1 KK semua. Awalnya saya sempat kurang sreg juga dengan namanya BPJS Mandiri, bayangkan kita harus bayar tiap bulan sakit ngga sakit, terus angus lagi beda dengan kebanyakan asuransi komersi lainnya yang bisa klaim atau penarikan saldo gitu. Sedangkan saya harus menjelaskan manfaat BPJS itu di kantor, tapi kita masih ragu. Saya masih merasa iuran yang dibayar itu, murni untuk "kantong" BPJS Kesehatannya. Apalagi waktu BPJS juga lagi masa masanya transisi, awal awal menuju perubahan lebih baik.

Beberapa bulan setelah saya jalanin pekerjaan ini, tibalah waktu itu saya mendapatkan telpon dari teman saya. Dia kebetulan tau saya kerjanya gitu. Dia menelpon diluar jam layanan, jam setengah 5 sore. Karena di bank jam 3 itu layanan udah ditutup, tidak menerima lagi nasabah. Dia menceritakan ibu nya jatuh dari kamar mandi, indikasi waktu itu stroke. Si ibu emang koma saat itu, terjadi kaya gumpalan darah di otak yang harus di sedot. Secara medis saya ngga terlalu ngerti, tapi yang pasti si ibu harus di bawa ke RSU yang jaraknya sekitar 7an karena alat dan dokternya disana memadai. Tetap saya terima lah kawan saya itu, langsung saya daftarkan bpjs nya dan langsung aktif. Kami langsung menuju faskes tk 1 untuk rujukan ke RSU daerah kami dulu lalu baru dirujuk ke RSU yang jaraknya 7an tadi itu.

Saya langsung bertanya, ibu teman saya ini udah sesuai prosedur untuk rujukannya, apakah biaya operasi nya, kamar, dan obatnya akan ditanggung RS yang bersangkutan? Mereka langsung menjawab iya, semuanya ditanggung. Sampai-sampai obat rutin bulanannya nanti setelah operasi juga ditanggung, yang penting sesuai prosedur aja. Gampang kan, ngga ribet. Saya dan teman saya langsung lega, terlebih saya sendiri makin bingung dalam hati ini dengan Rp 59.500 (kelas I waktu itu) udah nanggung semua nya. Padahal kita tau biaya umumnya operasi, kamar, dokter, dll itu bisa jutaan bahkan ratusan juta. Siapa yang bakal menanggung biaya itu yaa? Bayangkan kalo ada pasien yang sama dengan jumlah sampai puluhan, ratusan bahkan ribuan diluar kota sana. 

Jelas, dari iuran yang kecil itu tapi dilakukan secara gotong royong itulah yang menjadi biaya jaminan para pasien bpjs kesehatan. Hal kecil sih, tapi tanpa disadari sangat membantu orang banyak. Dengan iuran kita ini, kita juga dapat membantu para peserta bpjs kesehatan PBI, bagi yang kurang mampu. Teman saya langsung tanpa memikir panjang untuk rutin membayar iuran bulanan bpjs kesehatannya. Dia merasa ibu nya dibantu dengan orang orang yang bergotong royong, jadi dia harus membantu untuk ibu ibu atau orang orang diluar sana agar bernasib baik seperti yang di alami ibu nya. 

Indonesia pasti akan lebih sehat dengan #Gotong-royongBPJSKesehatan ini. Suatu saat kita akan merasakannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun