Mohon tunggu...
AWINA NURJALIANTI
AWINA NURJALIANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Man proposes, God disposes

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekranisasi Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono ke Film Hujan Bulan Juni (2017) Sutradara Rani Nurcahyo H.S dengan Pendekatan Objektif

14 Desember 2023   21:20 Diperbarui: 14 Desember 2023   21:56 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu bentuk apresiasi karya sastra yang dapat dilakukan adalah ekranisasi. Menurut Eneste (1991: 60) ekranisasi ialah pelayarputihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel ke dalam film.

Proses pemindahan dari novel ke film dapat menimbulkan perubahan. Novel berupa kata-kata yang membentuk cerita panjang yang dapat dinikmati berjam-jam sampai berhari-hari, sedangkan film berupa gambar yang membentuk adegan-adegan yang hanya dinikmati beberapa jam saja. 

Keterbatasan durasi film tersebut, tidak memungkinan semua cerita yang ada di novel diaplikasikan ke film. Oleh karena itu, akan terjadi penghilangan, penambahan, maupun perubahan bervariasi pada cerita. Salah satu film yang menjadi bagian kebangkitan ekranisasi adalah film Hujan Bulan Juni. Film ini menarik karena menjadi bagian karya yang bertransformasi ke beberapa medium. 

Transformasi tersebut dimulai dari puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yang di jadikan lagu oleh M. Umar Muslim dan direkam-nyanyikan oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo pada tahun 1989. Selanjutnya pada tahun 2011, puisi Hujan Bulan Juni diubah menjadi komik oleh Man yang diterbitkan di majalah Comical Magz. 

Kemudian pada tahun 2015, puisi Hujan Bulan Juni diubah menjadi novel yang juga ditulis oleh Sapardi Djoko Damono. Lalu pada tahun 2016, puisi Hujan Bulan Juni diubah menjadi buku mewarnai yang divisualisasikan oleh mahasiswa Desain Komunikasi Visual dari Institut Kesenian Jakarta. Hingga akhirnya pada tahun 2017, novel Hujan Bulan Juni diubah menjadi film oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra serta puisinya diubah menjadi soundtrack film Hujan Bulan Juni oleh Ghaitsa Kenang.

Pendekatan yang dipilih adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif hanya berfokus pada unsur-unsur yang dikenal sebagai analisis intrinsik. Pendekatan objektif hanya terbatas pada pengkajian karya sastra itu sendiri, terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan pengarang dan pembaca. 

Pendekatan ini dipilih karena berfokus pada proses ekranisasi novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko ke film Hujan Bulan Juni oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra. Persamaan dan perbedaan yang terdapat pada novel dan film dengan pendekatan objektif yaitu: Pertama, memiliki jalan cerita yang sama dan kedua objek ini (novel dan film) menggunakan alur campuran. 

Menceritakan tentang hubungan percintaan yang diciutkan karena beda suku atau kebudayaan dan agama. Kedua, persamaan pada tokoh utamanya yaitu Sarwono dan Pingkan. Ketiga, konflik klimaks yang sama yaitu Sarwono mengalami kritis di rumah sakit karena paru-paru basah. 

Keempat, persamaan lainnya yaitu dalam novel maupun film tetap diselipkan puisi atau sajak-sajak kecil. Sedangkan perbedaannya yaitu: Pertama, ada beberapa tokoh yang perannya berhubungan dengan alur tergantikan seperti tante Keke menjadi tante Henny, Pak Sopir dan Mahasiswa menjadi Benny, dan Bu hadi menjadi Pak Hadi. Kedua, perbedaan lainnya yaitu pada ending cerita atau akhir cerita pada novel berakhir kesedihan (sadending) sedangkan dalam film berakhir kebahagiaan (happyending). 

Ketiga, Dalam novel latar tempat pertama kali dimunculkan yaitu di Yogyakarta saat Sarwono ditugaskan untuk menuntaskan penelitian terdahulu yang sudah lama terbengkelai dan bekerja sama dengan UGM. Kemudian flashback tentang kejadian di Solo saat ia beristirahat di rumah oarng tuanya dan tentang Sarwono yang memiliki problem dengan keluarganya. Sarwono saat ini berada di Yogyakarta untuk menyelesaikan tugasnya. Berbeda dengan film latar tempat yang pertama kali dimunculkn yaitu di Taman Jepang saat Pingkan dan Katsuo berjalan-jalan di taman sambil melihatlihat pohon sakura yang bermekaran. Maka latar awal novel dan film terdapat perbedaan.

Bentuk Ekranisasi pada novel dan film berdasarkan pendekatan objektif yaitu terdapat penciutan atau pengurangan dari alur cerita, tokoh, maupun latar seperti kejadian flashback masa SMA Sarwono dengan sahabatnya yaitu Budiman dan Toar dalam film bagian ini tidak diceritakan, maka penciutan yaitu berhubungan dengan ceritanya dan tokohnya tidak dimunculkan. Kemudian penambahannya juga berkaitan dengan alur, latar, maupun tokoh seperti kejadian dalam mimpi pingkan yang tidak diceritakan dalam novel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun