Siang menjelang sore awal bulan lalu saya dan teman-teman sibuk menyiapkan dari logistik sampai perlengkapan untuk mewujudkan rencana ke Puncak Tertinggi Jawa, Mahameru. Dari rumah saya perempuan sendiri, nantinya dapat teman dari Malang, teman dari temannya temanku.
Keesokan harinya, dengan segala kembuletan yang terjadi saya punya keresahan sendiri. Keresahan itu terasa sejak seminggu sebelum berangkat. Resah soal datang bulan, menurut siklus waktu berangkat seharusnya sudah berakhir tetapi nyatanya malah belum datang. Mungkin bagi sebagian orang hal ini sedikit tidak pantas untuk diceritakan. Tetapi ada pentingnya juga, terlebih untuk kaum wanita yang suka berpetualang seperti mendaki gunung.
Sudah direncanakan masa iya mau dibatalkan, itu yang ada dalam pikiran saya. Terkesan nekat tapi tidak juga. Karena kita harus mengetahui diri kita, mengerti apakah sakit pasca menstruasi itu parah sampai tak mampu berjalan atau seperti saya hanya kram biasa. Karena telat itu saya membawa persediaan pembalut secukupnya.
Sesampainya di Ranu Kumbolo benarlah, kekhawatiran itu terjadi. Yang tak terpikirkan malah bagamiana setelah ganti pembalut. Karena itu alam bebas, dan darah kotor itu tak sepatutnya dibuang sembarangan. Dibawa pasti baunya bisa mengganggu teman-teman dibuang takut terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Ingatlah saya dengan minyak KayuPutihAroma yang ada di kotak P3K. Saya tuangkan beberapa tetes para pembalut yang kotor sampai aromanya tak begitu menyengat dan berubah bau lavender. Saya masukkan lagi pada plastik kemasannya dan saya slomotdengan korek.
Kita harus berpikir kreatif dalam keadaan apapun, terlebih dalam keadaan mendesak. Tiga hari dua malam di gunung jelas sekali tidak mandi. Badan bau itu pasti, dengan minyak Kayu Putih Aroma ini saya tak perlu lagi membawa parfum. Minyak Cap Lang ini seperti hadir dalam satu paket penuh fungsi bahkan bisa dimanfaatkan dari tujuan pembuatannya. Badan tercegah dari masuk angin dan juga bau badan. Karenanya juga saya jadi lebih percaya diri.
Pendakian yang sangat menyenangkan bersama teman-teman meski terjadi hal yang memang sudah dikhawatirkan. Menikmati keagungan Tuhan dengan indahnya Ranu Kumbolo, padang savana, bintang gemintang bulan berpadu menjadi satu kesatuan maha karya Tuhan yang tak dapat dielakan dan patut disyukuri.
Matahari terbit dan awan awan gemuk saling bergandengan menyapa kami di puncak Mahameru. Saya gadis desa di daerah saya yang masih satu-satunya sampai di puncak Gunung Semeru. Bersama teman-teman dan teman baru perjalanan, pengalaman dan iramanya membuat GueBeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H