Mohon tunggu...
Agung Wibawanto
Agung Wibawanto Mohon Tunggu... -

Tidak semua orang bisa menjadi penulis hebat, namun seorang penulis hebat bisa berasal dari mana saja... Saya selalu meyakini itu.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

HOAX Akan Hilang Jika Masyarakat Sadar Media

13 Januari 2017   10:03 Diperbarui: 15 Januari 2017   21:42 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang dimaksud dengan sadar media? Sadar media yang dimaksud adalah sebuah kondisi di mana masyarakat terbiasa menggunakan media sebagai sumber informasi sekaligus mampu dalam memilih dan memilah berita. Mana berita yang perlu dan mana yang tidak perlu, mana media yang dipercaya dan mana tidak bisa dipercaya. Selain itu ke dalam, masyarakat mulai menyadari media sebagai fungsi publikasi, pembentukan opini dan penguatan jaringan, dengan demikian juga memiliki kemampuan berkreativitas dan mengelola medianya sendiri (termasuk kemampuan menulis dengan benar).

”Everyone is a journalist”. Memang benar, di era perkembangan global informasi dan teknologi ini menjadikan setiap siapa saja dapat melakukan kerja-kerja jurnalistik (meski belum tentu seorang jurnalis), seperti: mencari berita, mendapatkan berita, menulis dan kemudian menyajikan kepada publik untuk dibaca dan diketahui. Wartawan resmi sudah bukan lagi satu-satunya the massenger (pembawa berita), bahkan terkadang mereka harus mendapatkannya dari sumber berita primer. Yang membedakannya hanya dalam bentuk penyajian dan medianya.

Sering kali sebuah media yang tidak resmi, dicap sebagai hoax atau berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, apalagi jika tidak disertai data yang jelas soal penulis dan sumber beritanya. Dari sisi kontens akan terlihat apa niat dan tujuan membuat berita tersebut (karena saling berkait erat), dan setiap orang akan bertanggungjawab terhadap perbuatannya. Itulah bagian dari apa yang disebut dalam ”sadar media”. Guna menghindari hal-hal tersebut (ekspresi dan kreativitas pribadi), maka sebaiknya terdapat sistem kontrol melalui komunitasnya.

Komunitas (warga) adalah sebuah elemen masyarakat yang memiliki peran strategis dalam setiap perubahan sosial. Peran ini terutama didorong oleh kebutuhan yang akan menunjukkan keberadaan mereka. Apa dan siapa mereka serta persoalan-persoalan yang mereka alami dan terakhir bagaimana mereka mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Dapat dikatakan, ini adalah semacam wujud idealisme dalam merespon dan menjawab dinamika perkembangan yang terjadi dalam lingkup kehidupan mereka khususnya dan nasional umumnya.

Dalam menunjukkan eksistensi, banyak cara yang bisa dilakukan sebuah komunitas, salah satunya dengan menulis di media. Dengan menulis di media, komunitas dapat menuangkan dan menyebarluaskan daya kritis mereka yang berkait dengan upaya-upaya dalam mengatasi masalah maupun penyampaian berita-berita yang sifatnya informatif. Kemampuan menulis serta mengelola media bagi sebuah komunitas juga dapat dikembangkan menjadi sebuah media komunitas yang bersifat dua arah antara pengelola media dengan anggota komunitasnya.

Mengapa media jurnalistik menjadi pilihan? Karena media ini memiliki fungsi mengkomunikasikan ide gagasan komunitas kepada khalayak pembaca (publik), sehingga pemikiran-pemikiran tadi dapat tersosialisasikan. Publikasi juga dapat menggalang pembentukan opini publik. Dan, opini publik dapat mempengaruhi pengambilan keputusan/kebijakan pada level-level tertentu, sesuai dengan gaung dari ketajaman tulisan tadi. Selain bisa berdampak sosial, dengan keterampilan menulis juga berguna melatih berpikir runtut, sistematis, dan mendokumentasikan gagasan melalui tulisan serta mampu merekonstruksinya dengan baik (menyusun dan menyampaikan kembali).

Hal ini sepertinya yang tengah diupayakan dan disadari betul oleh Kompasiana sebagai komunitas media online yang memiliki jumlah pembaca terbanyak hingga ke pelosok nusantara (bahkan mungkin hingga ke mancanegara). Dengan tingginya apresiasi netizen yang menjadikan Kompasiana sebagai media informasi mereka, maka kiranya menarik bila Kompasiana dijadikan “rumah”-nya para blogger atau siapa saja masyarakat pembaca yang membutuhkan informasi dalam bentuk tulisan yang lebih soft, menggelitik, tapi tentu dapat dipertanggungjawabkan isinya.

Berkait dengan konten yang belakangan banyak dihebohkan dengan berita hoax, hendaknya Kompasiana juga bisa lebih selektif, tidak semua tulisan bisa dimuat ataupun ditayangkan. Tidak sekadar menyatakan bahwa “isi menjadi tanggungjawab penulis”. Bagi berita yang sifatnya masih kontroversi, serta tidak disebutkan sumbernya dengan jelas (sumir), mungkin admin (redaksi) Kompasiana bisa menunda dulu kiriman tulisan sampai mendapat kejelasan atau kebenaran beritanya. Namun saya yakin Kompasiana telah melakukannya, mengingat beberapa tulisan saya juga sering mendapat kiriman “obrolan” yang menyatakan tidak bisa tayang.

Meski kadang agak jengkel saat disebut “menjiplak” dan sebagainya, tapi patut disadari inilah salah satu bentuk “tanggungjawab” redaksi. Pembaca selain mengetahui siapa penulisnya (terkadang dengan nama alias) pasti juga akan melihat media yang memuatnya. Hal ini juga sebagai tanggungjawab moral media yang berkait dengan ekses terhadap tulisan. Media tidak sekadar memuat dan menjual berita yang disukai masyarakat pembaca, namun juga turut memikirkan apakah berita yang dimuat sudah mencerdaskan, memberi pencerahan, ataukah justru berperan menebarkan kebencian ataupun menyiarkan kebohongan.

Sebelum Kompasiana menentukan apakah kiriman tulisan memuat berita hoax atau tidak, tentulah harus dipastikan terlebih dahulu. Kemana media akan melakukan konfirmasi berita, biasanya ke sumber pertama. Misalkan soal eksodus tenaga kerja asing dari China yang berjumlah 10 juta-an, tentu akan merujuk ke sumber penjelas yang berwewenang yakni kemenakertran. Mengingat pentingnya penanggulangan ekses terhadap berita hoax yang berkait dengan kebijakan pemerintah, maka media juga bisa bekerjasama dengan menkominfo, misalnya. Berita bohong memang harus segera dijawab, agar tidak membawa dampak yang lebih buruk bagi peminat berita.

Ya, saya kira jika masyarakat sudah sadar media, maka hoax akan menhilang dengan sendirinya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun