Mohon tunggu...
Agung Wibawanto
Agung Wibawanto Mohon Tunggu... -

Tidak semua orang bisa menjadi penulis hebat, namun seorang penulis hebat bisa berasal dari mana saja... Saya selalu meyakini itu.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pesan untuk Calon Pemimpin Saat Bertemu Rakyat

19 Januari 2017   14:16 Diperbarui: 19 Januari 2017   21:38 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: siperubahan.com

Anies Baswedan dalam debat pertama kemarin menyatakan betapa pentingnya berbicara. Tentu, tidak ada yang memungkiri bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan bicara untuk menyampaikan pesan, meyakinkan sekaligus menggerakkan. Tidak sekadar komunikasi namun haruslah komunikatif. Apa artinya pesan tersampaikan namun tidak merubah apapun? Untuk itu penting bagaimana melakukan komunikasi yang efektif dan efisien sekaligus produktif.

Dalam kerangka proses kepemimpinan, komunikasi adalah salah satu kunci penting bagi keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Di sini pengertian komunikasi tidak sekedar penyampaian pesan atau pun maksud dan si penerima dapat memahami serta merespon atau melaksanakan maksud tersebut, namun juga sebagai media dengan tujuan menjaga hubungan baik secara timbal balik.

Menanyakan kabar seseorang, merupakan sebuah komunikasi meski tidak harus berkepentingan terhadap jawaban atau respon dari orang tersebut. Terjalinnya komunikasi yang intensif merupakan indikator dari baiknya hubungan. Sementara jarangnya bahkan terputusnya jalinan komunikasi mengindikasikan memburuknya hubungan (bisa dalam arti sesungguhnya, bisa juga karena tidak saling mementingkan atau membutuhkan disebabkan jarak yang jauh atau pun tidak memiliki kesamaan seperti yang dimaksudkan sebelumnya).

Komunikasi yang baik adalah yang didasarkan kepada fakta yang ada, bukan berdasarkan praduga-praduga yang tidak beralasan serta tidak memiliki sumber berita yang jelas. Hal ini guna menghindari pemborosan waktu dengan kegiatan komunikasi yang justru tidak produktif. Yang dimaksudkan dengan komunikasi yang tidak produktif apabila kita tidak menghasilkan keuntungan apapun dari komunikasi tersebut dalam wujud tindakan nyata.

Paling tidak mendapat informasi dan pengetahuan baru yang akan berguna bagi kerja-kerja pengembangan organisasi. Banyak orang beranggapan bahwa berkomunikasi dengan tidak membawa ’muatan’ apa-apa justru berkesan informal dan lebih dapat diterima dalam komunitasnya (suasana cair), sebaliknya jika sudah masuk kepada pemaparan ’pesan’ maka akan berubah menjadi kaku dan tidak semua orang bisa terlibat dalam komunikasi tersebut.

Sebagai pemimpin saat melakukan komunikasi, maka hal yang perlu diperhatikan adalah: bagaimana ’pesan penting’ dapat disampaikan dan dapat diterima dengan baik serta dilaksanakan oleh pendengar, dan pendengar tidak pernah merasa tertekan dalam situasi tersebut. Bagaimana caranya agar pendengar justru merasa bangga karena dapat menerima dan menjalankan pesan tersebut bahkan selalu menanti-nanti kapan pesan berikutnya diterima?  

Tidak ada yang bisa diandalkan oleh seorang pemimpin dalam merebut hati dan pikiran masyarakatnya selain melalui komunikasi. Sekali lagi, komunikasi yang dimaksud di sini bertujuan menyampaikan pesan dan juga sekaligus menggerakan. Proses ini kerap menjadi kendala bagi seorang pemimpin, terutama bagi mereka yang masih baru dan belum terbiasa berhadapan secara langsung dengan orang dalam jumlah banyak.

Dan terkadang juga, meskipun kita telah mengetahui teknik-teknik berkomunikasi, belumlah menjamin bahwa komunikasi yang kita lakukan akan berhasil tanpa ada kesalahan ataupun “kebocoran”. Hal ini disebabkan adanya beberapa rintangan (gap) pada saat komunikasi dilakukan. Rintangan dapat berasal dari lingkungan sekitar, pihak-pihak yang terlibat, psikis (emosi diri), kesulitan beradaptasi, dll.

Meski sulit melakukan komunikasi yang sempurna, tetapi dengan mengetahui dan menyadari rintangan-rintangan yang mungkin timbul, tentu sedikit banyak dapat membantu meningkatkan efektivitas komunikasi. Adapun beberapa rintangan yang sering muncul dan harus dihindari adalah:

  • Sifat egois, sifat yang terlalu memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tindakan atau kebijakan yang diambil hanya didasari pada pertimbangan pribadi, sehingga cenderung kurang menghargai masukan-masukan yang dikomunikasikan orang lain, misalnya: tidak ingin berjalan kaki dan lebih memilih mengendarai mobil karena panas; tidak ingin melanjutkan acara karena lelah, sementara massa telah menunggu lama, dll. Strategi: menyiapkan diri dalam keadaan atau kondisi apapun;
  • Emosional, emosi massa atau orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri. Massa yang emosional akan mudah tersinggung dan cenderung menilai segala sesuatunya dari sisi negatif, dan tentunya tidak dapat menghasilkan komunikasi yang efektif. Strategi: perlu mencari tahu kondisi massa saat itu, apa masalahnya, apa yang dinginkan atau diharapkannya;
  • Hubungan yang memang tidakharmonisantara pemimpin dengan masyarakatnya. Akibat dari ini adalah munculnya kecurigaan dan ketidakpercayaan masyarakat yang kemudian menghubungkan segala sesuatunya kepada hal-hal yang bersifat negatif (terjadi penolakan bahkan untuk kehadirannya saja). Pengalaman hubungan masa lalu yang buruk akan menghambat proses komunikasi, sebaliknya pengalaman hubungan masa lalu yang baik akan memperlancar komunikasi. Strategi: selalu menjaga hubungan baik dengan massa/anggota komunitas;
  • Lingkungan yang tidak menguntungkan, perlu untuk mengantisipasi lokasi atau tempat diadakannya sebuah pertemuan guna melakukan komunikasi. Lokasi yang tidak representatif, misalnya: sempit, panas, terlalu bising, dll akan menyebabkan orang sulit untuk konsentrasi sewaktu memberikan dan menerima pesan (hasil menjadi tidak optimal). Strategi: menyiapkan lokasi yang strategis;
  • Heterogenitas massa, perbedaan status sosial rakyat yang berada di sebuah komunitas juga dapat menyebabkan sulitnya massa menangkap apa yang dipesankan dalam komunikasi tersebut. Untuk itu gunakan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti. Strategi: mensosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat hal ikhwal pertemuan dalam kerangka komunikasi; 
  • Pencitraan, hati-hati dalam penggunaan metode pencitraan untuk menarik simpati masyarakat. Rakyat tidak cukup hanya dipertontonkan citra yang baik namun tidak mampu bekerja mewujudkan kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat dan pada akhirnya komunikator semacam ini dicap sebagai talking much do less (banyak bicara sedikit bekerja). Strategi: menjalin hubungan yang lebih terbuka dan natural.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun