Mohon tunggu...
Mhd Zahrawi
Mhd Zahrawi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

a man who wants to save the world with his own hand..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara dan Warung Kopi

29 April 2012   05:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hangat dan bersahabat. Suasana yang terasa begitu pekat di tempat ini. Alunan musik terdengar lembut,seperti perpaduan antara rasa pahit American Coffee dan kelembutan Black Forest yang manis. Saling menutupi satu sama lain. Tanpa cela.

Kesempurnaan. Menggambarkan suatu hal abstrak, tanpa cela. Sesuatu yang mungkin dapat mewakilkan persepsi kebanyakan orang terhadap tempat ini. Magnet yang begitu besar seakan menarik perhatian setiap orang. Atmosfir berbeda yang tidak mereka dapat di tempat lain. Dan terkadang tempat ini menjaditujuan wajib kebanyakan orang.

Tamantaman kota tidak lagi menjadi tempat favorit mereka. Tergila – gila dengan segala kemewahan yang mereka dapat di tempat ini. Lupa akan waktu menjadi hal yang biasa. Seakan, waktu berjalan lebih cepat dari biasanya. Meninggalkan kita jauh di belakang. Cemburu dengan tempat ini. Seperti kekasih yang terlupakan.

Pilihan bijak untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, kekasih, sahabat, teman biasa, atau bahkan hanya sekedar untuk urusan bisnis. Tak jarang kepentingan lain disingkirkan untuk berkumpul di tempat ini. Warung kopi.

Konsep yang ditawarkan warung kopi begitu menarik perhatian pengunjung. Mulai dari remaja, eksekutif muda sampai yang sudah tua. Fasilitas seperti AC, Wi-Fi dan sofa yang empuk ditawarkan di warung – warung kopi modern menjawab segalanya. Full service. Mengusir pandangan negatif orang - orang terhadap warung kopi.

Warung kopi yang dahulu sering dikaitkan sebagai tempat para pengangguran dan penjudi kini mulai pudar. Digantikan oleh persepsi yang lebih baik. Warung kopi kini menjadi tempat bersantai, belajar, berbisnis dan bahkan bersilaturahmi. Bukan hanya penikmat kopi, Kongkow – kongkow di warung kopi kini menjadi lifestyle kebanyakan orang.

Hal ini berkaitan dengan berkurangnya tempat – tempat umum seperti taman kota yang biasanya dijadikan sebagai tempat berkumpul. Mereka kekurangan tempat untuk sekedar melepaskan beban hidup. Kegagalan penataan kota. Salah siapa ? Kepadatan lalu lintas menyelimuti setiap bagian kota salah siapa ? Ketidaknyamanan ini seharusnya bisa diperbaiki dengan beberapa langkah sederhana.

Taman – taman kota kini banyak ditinggalkan. Suasana tidak lagi kondusif. Dengan udara yang tidak lagi sehat. Fasilitas taman yang terabaikan. Menjadi alasan kebanyakan orang lebih memilih warung kopi. Hanya sedikit taman yang masih berfungsi dengan baik.

Mari kita bercermin di beberapa Negara barat dan asia. Banyak Negara dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi, namun memiliki kota dengan penataan yang baik, dengan suasana lalu lintas yang tidak padat dan bahkan udara yang sehat. Bagaimana bisa ?

Kebanyakan orang akan menjawab, “itu semua tergantung pemerintahannya.”

TIDAK !!

Memang harus diakui bahwa pemerintah sudah gagal dalam banyak hal. Namun, membebankan semuanya kepada pemerintah akan membuat semuanya menjadi lebih buruk. Kesadaran diri kita sendirilah yang akan menjadikan Negara ini menjadi lebih baik.

Kesadaran diri kita sendiri akan menjadikan Negara ini lebih baik. Dimulai dari langkah paling sederhana. Membuang sampah pada tempatnya, akan menjadikan kota kita menjadi lebih bersih dari sebelumnya. Mengurangi penggunaan kendaraan roda dua dan empat, dan memulai penggunaan sepeda akan menjadikan kota ini lebih teratur dan udara akan menjadi lebih bersih dari sebelumnya. Tentu saja orang akan lebih memilih naik mobil ataupun motor dengan alasan kenyamanan dan efisiensi waktu. Nah, disinilah terletak peran pemerintah.

Penataan kota yang baik dan ‘hijau’ tentu akan berbanding lurus dengan keinginan masyarakat untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor. Tentu saja harus didukung dengan fasilitas yang lain seperti alat transportasi yang nyaman. Tersedianya alat transportasi yang nyaman dan ‘tepat waktu’ tentu juga berbanding lurus dengan keinginan masyarakat untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor. Tersedianya halte di setiap daerah–bahkan sampai ke desa–akan semakin memudahkan masyarakat. Penanaman pohon juga diperlukan agar suasana menjadi lebih asri. Kalau keadaannya sudah seperti ini, kenaikan harga BBM juga mungkin tidak akan terlalu dipersoalkan, asalkan pemerintah juga bisa menjamin harga sembako tetap stabil. Dan terserah mau seberapa besar mereka mengkorupsi Negara ini, asalkan rakyatnya hidup dengan tenang dan makmur, terbebas dari hutang.

Dengan hal sederhana tersebut, Indonesia bisa terbebas dari kemacetan dan polusi udara. Soon. “Kita memang tidak akan mungkin menyamai Negara lain dalam hal apapun, tapi kita bisa melebihi mereka.” Itu kata – kata yang paling saya ingat dari senior saya dan setidaknya, kita bisa menjadikan itu sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik.

Pada akhirnya, di warung kopi-lah saya mendapatkan ide untuk menulis artikel ini. Di warung kopi jugalah semua permasalahan dibahas. Bisa kita pastikan bahwa, “nasib Negara ada di warung kopi.” Apakah presiden kita juga sering mendiskusikan masalah Negara di warung kopi ? who knows. hahaha

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun