Sangat menarik, bersua dia seorang pendengar yang baik. Senyum tulus itu ditawarkannya, raut wajah yang cerah itu ditunjukkannya. Sungguh, aku disuguhi memesona.
Sesungguhnya aku mencermati, sebab ada saat dimana giliranku untuk jadi seorang pendengar. Aku bersungguh-sungguh dengarkannya. Aku coba ikuti jalan pikirannya, aku ditemui terkesima.
Aku siap sedia mencoba tanamkan apapun yang disampaikannya, sebab sekian perjumpaan yang telah kami lewati hingga detik ini, bagiku adalah pencerahan. Semoga kelak akan berbuah manis di titian langkahku berikutnya, harapku begitu.
Aku tersadar, yang aku butuhkan adalah seorang saja yang akan mau mendengar. Aku terbangun, yang aku butuhkan seorang yang akan berkenan membangunku untuk tidak hanya tertegun.
Aku coba menata serupa cinta, tapi bukan cinta yang mendambakan raga semata, sebab untaian kata yang tersusun seiring bijaksana tercipta, itu jauh lebih berharga untuknya jiwa.
"Ah ternyata ... masih ada seseorang yang adalah seorang kawan entah itu teman, yang jelas bukan seorang lawan."
"Ah ternyata ... masih ada seseorang yang serupa rindu, tanpa perlu melibatkan kalbu."
Bandung, Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H