Setiap pribadi, tentu memiliki privilege alias hak istimewa untuk menjadi dirinya sendiri dalam hal menikmati hobby, yang misalkan hobinya itu menulis ragam tema tulisan fiksi.
Ketika tema besarnya adalah berkisah tentang seorang perempuan, mungkin kadar cinta yang dibumbui sekelumit perasaan yang diketiknya, untuk jadi satu lembar tulisan sesuai refleksi dari isi hati itu sendiri.
Ketika tema besarnya perihal rezeki, mungkin hal yang akan dituangkannya adalah seputar berbagi sesuai kadar cinta darinya hati, yang didasari oleh empati dari hasil menyelami situasi terkini.
Ketika tema besarnya adalah inspirasi, motivasi, atau apapun namanya yang bertujuan untuk mencoba menyemangati, mungkin narasi yang akan dipolesnya adalah serupa kata-kata bijak, sesuai kadar cinta yang terbaca pun terasa dari ragam makna juga pesona darinya alam semesta.
Menelaah ragam keadaan sekitar, mencermati ragam situasi yang pernah dialami ataupun yang terkini, adalah bahan-bahan utama ragam tema tulisan untuk saya sebagai pribadi yang memang menyukai tema-tema fiksi.
Bagi saya, menjadi seorang penulis ragam tema fiksi butuh untuk memahami tema terlebih dahulu lalu menjelajahi dunia imajinasi, sebab rangkaian kata ... akan terketik atas dasar cinta itu sendiri, bukan hanya sebatas narasi yang tanpa bobot isi.
"Kenapa penting banget untuk saya, agar kadar cinta itu sendiri selalu terbawa di setiap tulisan saya ketika menikmati hobi menulis?"
"Sebab bagi saya, menuangkan apapun itu yang semoga saja akan cukup pantas untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan demi tulisan, mana bisa jika tanpa welas asih atau kasih sayang itu sendiri yang jadi payungnya untuk memayungi isi nurani."
"Kadar cinta akan bersemi, bila nurani berkenan mengiringi. Kadar cinta akan berlalu, bila nurani hanya mematung serupa terpaku."
'hanyakata' _ versiwahyuali
Begitulah, ketika segala sesuatunya masih berada dalam batas kewajaran, tuangkan saja dalam bentuk tulisan. Menjadi diri sendiri sesuai dengan hak istimewa yang dimiliki, dan teruslah berkarya menikmati merangkai kata lalu merengkuh makna, hingga setiap kosakata yang tersimpan di tempurung kepala tak lagi tersisa.